Perasaan baper alias bawa perasaan adalah hal yang lumrah, apalagi saat melihat teman sebaya sudah menikah muda dan hidup bahagia dengan pasangan halalnya. Media sosial kerap menampilkan momen romantis pasangan halal, membuat sebagian orang merasa tertinggal, iri, bahkan putus asa. Namun, sebagai muslim dan muslimah, penting untuk menjaga hati agar tetap tenang dan tidak terbawa perasaan yang melemahkan iman.
Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu sudah ditentukan waktunya oleh Allah. Termasuk jodoh, rezeki, dan masa depan. Maka, daripada merasa sedih dan terus membandingkan diri, ada baiknya kita fokus memperbaiki diri dan menjalani proses hidup dengan lapang dada. Berikut ini beberapa tips agar tetap kuat dan tidak baper saat melihat pasangan halal muda.
1. Dekatkan Diri kepada Allah dan Cintai Rasulullah
Langkah pertama yang paling mendasar adalah memperkuat hubungan dengan Allah. Saat hati dipenuhi dengan dzikir, doa, dan ibadah, maka perasaan negatif seperti iri, kecewa, atau sedih akan lebih mudah diredam. Mengingat bahwa jodoh adalah takdir yang tidak bisa dipercepat atau diperlambat kecuali dengan izin Allah, menjadikan hati lebih sabar dan tenang.
Selain itu, mencintai Rasulullah dan meneladani kehidupan beliau membuat kita fokus pada akhlak, ibadah, dan visi hidup yang lebih luas. Jodoh bukan tujuan utama hidup, tapi bagian dari perjalanan menuju kehidupan yang diridhai Allah. Maka, memperbaiki hubungan spiritual akan sangat membantu menguatkan hati dari baper berlebihan.
2. Fokus Membahagiakan Orang Tua dan Keluarga
Menikah bukan satu-satunya cara untuk merasa dicintai atau membahagiakan orang lain. Saat masih lajang, kita punya banyak waktu dan tenaga untuk membalas kasih sayang orang tua, menjaga hubungan baik dengan saudara, serta menjadi pribadi yang bermanfaat di rumah.
Membahagiakan orang tua bukan hanya lewat materi, tapi juga dengan perhatian, bantuan ringan, dan sikap yang santun. Ketika hati dipenuhi dengan niat baik untuk keluarga, maka kesepian yang muncul karena belum menikah bisa terobati. Justru masa lajang bisa menjadi waktu emas untuk berbakti secara maksimal.
3. Perbanyak Puasa Sunnah
Salah satu cara yang dianjurkan dalam Islam bagi yang belum mampu menikah adalah memperbanyak puasa. Selain sebagai ibadah, puasa membantu menahan hawa nafsu, menenangkan hati, serta mendekatkan diri kepada Allah.
Puasa juga membantu seseorang menjadi lebih sabar dan disiplin. Aktivitas ini dapat membentuk mental yang lebih kuat dalam menghadapi godaan, termasuk godaan rasa iri terhadap kebahagiaan orang lain. Puasa Senin-Kamis atau puasa Daud bisa menjadi pilihan rutin yang membawa banyak manfaat fisik dan spiritual.
4. Jadikan Pernikahan Orang Lain Sebagai Motivasi
Melihat teman menikah seharusnya bukan menjadi alasan untuk bersedih, tetapi justru sebagai motivasi. Ini adalah pengingat bahwa menikah adalah sunnah yang indah jika dilakukan dengan niat yang benar dan ilmu yang cukup. Maka, manfaatkan momen ini untuk memperbaiki niat dan mempersiapkan diri dengan lebih baik.
Persiapan menuju pernikahan bukan hanya soal dana dan materi, tapi juga kesiapan mental, spiritual, dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga. Alih-alih galau, lebih baik luangkan waktu untuk belajar ilmu pernikahan, memperluas relasi yang baik, serta memperbaiki diri dari segi akhlak dan tanggung jawab.
5. Isi Hari dengan Aktivitas yang Bermanfaat
Waktu luang sering kali menjadi celah munculnya perasaan negatif. Maka, isilah hari-hari dengan kegiatan produktif dan positif. Misalnya, mengikuti kajian, belajar keterampilan baru, bergabung dalam komunitas sosial, atau bahkan mulai menulis dan berdakwah melalui media.
Dengan rutinitas yang bermakna, pikiran menjadi lebih sehat, dan hati lebih sibuk dalam hal-hal baik. Ini tidak hanya menghindarkan dari rasa baper, tapi juga memperbesar peluang untuk bertemu jodoh di waktu yang tak terduga.
Tidak ada yang salah dengan merasa baper, namun jangan sampai perasaan itu melemahkan langkah kita. Percayalah bahwa setiap orang memiliki waktunya masing-masing, dan yang terbaik akan datang di waktu terbaik. Selagi menunggu, gunakan masa lajang untuk mendekat kepada Allah, membahagiakan orang tua, dan memperbaiki diri. Dengan begitu, ketika waktunya tiba, kita siap menyambut pernikahan bukan hanya dengan cinta, tetapi juga dengan kesiapan dan keberkahan.