Bogor – “Rp22 triliun lenyap setiap tahun karena bencana alam.” Kalimat itu dilontarkan Deputi Bidang Pembangunan Kewilayahan Kementerian PPN/Bappenas, Medrilzam, sebagai peringatan keras atas dampak nyata yang ditimbulkan oleh bencana di berbagai wilayah Indonesia.
Angka kerugian tersebut diungkapkan saat kegiatan penanaman pohon di kawasan Eiger Adventure Land, Puncak, Kabupaten Bogor, pada Jumat (21/11). Menurut Medrilzam, kerusakan akibat tanah longsor, banjir, angin kencang, dan puting beliung menyumbang beban berat terhadap perekonomian nasional, infrastruktur, serta kehidupan sosial masyarakat.
“Kerugiannya fantastis, ada Rp22 triliun per tahun. Ini bukan angka kecil. Dampaknya sangat luas,” ujarnya dalam kegiatan yang juga digelar untuk memperingati Hari Pohon Sedunia.
Ia menyebutkan, tanah longsor menjadi jenis bencana paling sering terjadi, mencapai hampir 34 persen dari total bencana di Indonesia. Disusul puting beliung (32 persen), angin kencang (12 persen), dan banjir (10 persen).
Menurut Medrilzam, maraknya bencana tak lepas dari kerusakan ekosistem dan alih fungsi lahan yang merajalela. Berdasarkan data Kementerian Kehutanan, sekitar 12,3 juta hektar lahan di Indonesia dalam kondisi kritis. Sebanyak 811 ribu hektar di antaranya berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung.
“Kita ini sedang berdiri di elevasi 930 meter, sedangkan Jakarta berada di permukaan laut. Kalau air dari atas ini tidak dikelola, potensi bencana di bawah sangat tinggi,” ungkapnya lagi.
Langkah mitigasi bencana dilakukan dengan menanam pohon di kawasan hulu DAS Ciliwung yang kini semakin terdegradasi akibat peralihan fungsi dari hutan dan kebun teh menjadi kawasan wisata. Eiger Adventure Land dipilih sebagai titik sentral kegiatan karena posisinya yang strategis sebagai penyokong ekologi untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Bupati Bogor Rudy Susmanto menyambut baik kegiatan ini, mengingat banjir dan longsor telah menjadi masalah rutin di Kabupaten Bogor. Ia mengatakan, penanaman pohon juga dilakukan di sembilan lokasi lain seperti Giri Pangrango, Pancawati, dan Sukaraja sebagai bagian dari penanganan banjir.
Direktur Utama Eiger Adventure Land, Imanuel Wirajaya, menambahkan bahwa kawasan ini tengah diubah menjadi ekowisata berbasis restorasi alam.
“Kami ingin EAL menjadi contoh bahwa konservasi bisa berdampingan dengan pariwisata dan edukasi,” ucapnya. Ia berharap kolaborasi lintas sektor mampu mengembalikan keseimbangan ekologi dan memberi kontribusi nyata bagi upaya mitigasi bencana.
Mitigasi melalui penghijauan ini menjadi langkah konkret yang harus diikuti oleh daerah lain, mengingat dampak kerusakan lingkungan telah merambah ke sendi-sendi ekonomi dan sosial masyarakat secara luas.
