Jakarta – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis, menilai bulan Ramadan merupakan momen penting untuk memperkuat pendidikan karakter berbasis agama di sekolah. Ia menyarankan agar waktu belajar dipersingkat, namun kegiatan pendidikan agama, seperti pesantren Ramadan, ditingkatkan untuk menanamkan nilai-nilai Islami pada generasi muda.
“Ramadan harus dimanfaatkan sebagai momen pendidikan karakter. Tidak tepat jika sekolah diliburkan sepenuhnya, terutama untuk sekolah umum di perkotaan,” ujar Kiai Cholil pada Sabtu (11/01/2025).
Ia menekankan perlunya program pesantren Ramadan yang dirancang untuk memperdalam ilmu agama sekaligus mengajarkan nilai-nilai Islami yang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Program ini, menurutnya, bisa menjadi solusi agar Ramadan lebih produktif tanpa mengganggu aktivitas belajar.
Kiai Cholil juga menyoroti tingginya angka buta huruf Al-Qur’an di Indonesia, yang diperkirakan mencapai 65 persen. Menurutnya, bulan Ramadan adalah kesempatan ideal untuk mengadakan program khusus, seperti Berantas Buta Al-Qur’an (BBQ), yang dapat diintegrasikan dalam kurikulum sekolah.
“Ramadan bisa menjadi waktu yang tepat untuk meluncurkan program seperti BBQ di sekolah-sekolah, agar anak-anak bisa belajar membaca dan memahami Al-Qur’an,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa nilai-nilai puasa, seperti kejujuran dan kedisiplinan, perlu diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari siswa di sekolah. Dengan demikian, Ramadan tidak hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga pembelajaran karakter yang lebih mendalam.
Sebagai solusi agar siswa tetap bisa fokus pada pendidikan dan ibadah selama Ramadan, Kiai Cholil merekomendasikan pengurangan waktu belajar di sekolah. Namun, ia menegaskan pentingnya menambah porsi pendidikan agama Islam selama bulan suci tersebut.
“Waktu belajar bisa dipersingkat, tetapi pendidikan agama harus ditingkatkan. Dengan cara ini, siswa tetap mendapatkan nilai akademik dan spiritual secara seimbang,” jelasnya.
Ia berharap pemerintah dan pihak sekolah dapat mengadopsi kebijakan yang tidak hanya mengedepankan pendidikan formal, tetapi juga membangun karakter Islami siswa selama Ramadan.
Melalui pendekatan ini, Kiai Cholil berharap Ramadan menjadi waktu untuk memperkuat pondasi spiritual dan moral generasi muda. Ia menegaskan bahwa pendidikan agama selama Ramadan tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga praktik nyata yang dapat membentuk kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari.
“Dengan cara ini, Ramadan akan menjadi momentum kebangkitan spiritual sekaligus pendidikan karakter bagi siswa di Indonesia,” tutupnya.