Hari-hari istimewa di awal Dzulhijjah adalah momen emas untuk memperbanyak ibadah. Umat Islam dianjurkan melakukan amalan saleh, dan salah satunya adalah puasa. Namun masih banyak yang bertanya: bagaimana hukum dan keutamaan puasa Dzulhijjah menurut Islam?
Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dianggap sebagai waktu yang paling dicintai Allah untuk beramal. Dalam hadis sahih riwayat Bukhari disebutkan bahwa amal saleh di hari-hari ini lebih utama daripada jihad, kecuali bagi mereka yang berjuang dan tidak kembali dengan harta maupun jiwa.
Puasa menjadi salah satu amalan yang paling dianjurkan dalam waktu ini. Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ menegaskan bahwa puasa dari tanggal 1 sampai 8 Dzulhijjah adalah sunah. Tidak ada larangan bagi siapa pun, baik yang berhaji maupun tidak.
“Disunnahkan berpuasa pada sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah secara keseluruhan,” tulis Imam Nawawi. Pendapat ini juga diamini oleh Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad.
Puncaknya adalah puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Rasulullah SAW bersabda: “Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.”
(HR. Muslim)
Namun, untuk jamaah haji yang sedang wukuf di Arafah, berpuasa pada hari tersebut tidak disarankan. Rasulullah sendiri tidak berpuasa saat itu agar lebih kuat menjalani ibadah.
Tanggal 10 Dzulhijjah atau Idul Adha, dilarang berpuasa. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Nabi SAW melarang berpuasa pada hari Idul Fitri dan Idul Adha.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Pandangan madzhab juga sepakat dalam hal ini. Madzhab Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hambali menyunnahkan puasa sembilan hari pertama Dzulhijjah. Mereka juga menegaskan keutamaan puasa Arafah bagi yang tidak berhaji.
Contoh dari para salaf, seperti istri Nabi, Hafshah radhiyallahu ‘anha, menunjukkan bahwa Nabi tidak pernah meninggalkan puasa sepuluh hari Dzulhijjah, puasa Asyura, tiga hari tiap bulan, dan dua rakaat sebelum Subuh.
Untuk niat puasa sunah Dzulhijjah, cukup mengucapkan: “Nawaitu shauma ghadin ‘an sunnati Dzulhijjah lillahi ta’ala.”
Boleh diniatkan di malam hari atau pagi hari sebelum zawal selama belum makan dan minum.
Momen ini adalah kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk mengumpulkan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Meski puasa ini sunah, keutamaannya luar biasa, terutama puasa Arafah yang bisa menghapus dosa dua tahun.