Tasikmalaya — Memasuki hari ketiga Ramadhan 1446 Hijriah, Pesantren Pramuka Khalifa lanjutkan Kuliah Subuh yang kali ini membahas ‘Teladan Al-Abbas Berani Berubah di Bulan Taubat’ di Masjid Al-Ikhlas Citepus, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (3/3/2025).
Kegiatan yang diikuti puluhan anak dan remaja ini mengangkat kisah heroik Al-Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW, sebagai inspirasi menjalani Ramadan dengan keberanian memperbaiki diri dan memegang teguh kebenaran.
Di bulan suci yang sarat dengan nilai introspeksi, kisah Al-Abbas menjadi relevan untuk direnungkan. Santri Pesantren Pramuka Khalifa, Yuliyani Handraeni Utami, selaku pemateri, menekankan bahwa Ramadan adalah waktu tepat untuk meneladani sikap Al-Abbas yang berani meninggalkan kesalahan masa lalu.
“Di hari ketiga Ramadan ini, kita diajak mencontoh Al-Abbas: dari ikut Perang Badr melawan Islam, ia berubah menjadi pembela kebenaran. Ramadan harus jadi momentum untuk reset niat dan tindakan,” ujarnya.
5 Pelajaran dari Al-Abbas untuk Ramadhan 1446 H
1. Berpihak pada Kebenaran, Sekalipun Pahit
Al-Abbas awalnya berada di pihak Kafir Quraisy dalam Perang Badr, tetapi akhirnya memilih Islam setelah menyadari kebenaran.
“Di era hoaks dan polarisasi, Ramadan mengajak kita seperti Al-Abbas: berani mengoreksi diri, meski harus mengakui kesalahan,” papar Yuliyani.
2. Kedermawanan sebagai Bentuk Ibadah
Sebagai saudagar kaya, Al-Abbas menggunakan hartanya untuk membantu kaum lemah, bahkan sebelum masuk Islam. Yuliyani mengaitkannya dengan semangat sedekah Ramadan: “Seperti Al-Abbas, mari manfaatkan rezeki untuk berbagi, karena ini adalah ladang pahala di bulan mulia.”
3. Diplomasi dan Bijak Menyelesaikan Konflik
Peran Al-Abbas dalam Perjanjian Hudaibiyah menjadi contoh penyelesaian konflik tanpa kekerasan. “Di bulan penuh berkah ini, hindari permusuhan. Belajar dari Al-Abbas, selesaikan masalah dengan dialog dan kebijaksanaan,” tambahnya.
4. Menghormati Lawan, Meski dalam Beda Pendapat
Saat ditawan dalam Perang Badr, Al-Abbas diperlakukan dengan hormat oleh Muslim. “Ramadan mengajarkan kita untuk menjaga akhlak, termasuk kepada yang tidak sependapat. Jangan sampai puasa hanya menahan lapar, tapi lisan dan hati tetap kotor,” tegas Yuliyani.
5. Warisan Abadi melalui Perbuatan Mulia
Keturunan Al-Abbas, seperti Kekhalifahan Abbasiyah, menjadi bukti bahwa pilihan hidupnya berdampak lintas generasi. “Di 10 hari pertama Ramadan yang penuh rahmat, tanamkan kebaikan yang akan dikenang seperti warisan Al-Abbas,” imbau Yuliyani.
Kegiatan ditutup dengan ajakan peserta untuk membuat satu perubahan konkret yang ingin dilakukan di Ramadan ini.
“Seperti Al-Abbas yang berubah di usia tak lagi muda, Ramadan adalah kesempatan emas untuk memperbaiki diri, sekecil apa pun langkahnya,” tutup Yuliyani.