Jejak awal perjalanan kreatif Anne Avantie dimulai sejak ia masih anak-anak di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Lahir di Semarang pada 20 Mei 1955.
Ia adalah anak tertua dari tiga bersaudara, mewarisi darah seni dari ibunya, Amie Indriati, yang kemudian mewariskannya kepada anak perempuan satu‑satunya, Intan Avantie, sehingga terbentuklah tiga generasi kreatif dalam satu keluarga.
Sejak kecil Anne kerap membuat kostum panggung untuk grup tari maupun vokal di sekolah hingga acara hiburan di Solo. Namun, ia hanya menempuh pendidikan hingga jenjang SMP tanpa melanjutkan ke SMA atau perguruan tinggi.
Pada tahun 1989, Anne memulai usaha sebagai perancang busana dari sebuah rumah kontrakan dengan modal dua mesin jahit, diberi nama “Griya Busana Permatasari”.
Anne memilih fokus ke kebaya kontemporer menggabungkan unsur tradisional dengan sentuhan modern dan identik dengan taburan manik‑manik sebagai ciri khas rancangannya.
Prestasi Anne kemudian meroket, rancangan kebayanya dikenal hingga skala internasional dan sering dikenakan oleh selebriti Indonesia hingga kontestan ratu kecantikan dunia.
Di sisi lain, Anne juga menekankan nilai sosial dan kemanusiaan. Ia mendirikan Yayasan Wisma Kasih Bunda pada sekitar tahun 2000 untuk membantu anak‑anak dengan kondisi medis darurat seperti hidrosefalus, labiopalatoschisis, tumor, dan lain‑lain.
Latar Belakang & Keluarga
Anne lahir di Semarang dan kemudian masa kecilnya banyak dihabiskan di Solo, Jawa Tengah. Orang tuanya menjalankan usaha kecil: ayahnya memiliki usaha variasi mobil, ibunya salon kecantikan.
Ia kemudian menikah dengan Yoseph Henry Susilo, dan dikaruniai tiga anak yaitu Intan Avantie, Ernest Christoga Susilo, dan Ian Tadio Christoga Susilo.
Antara Anne dan anak perempuannya, Intan, terbentuk kesinambungan kreatif yang kuatmereka dikenal sebagai generasi penerus kebaya di Indonesia.
Karier dan Karya
Karier Anne tidaklah mulus, ia memulai dari nol, menghadapi tantangan seperti keterbatasan pendidikan formal dan bahkan diskriminasi etnis pada masa krisis.
Namun ia memilih bangkit. Ia memfokuskan diri pada kebaya kontemporer sebagai ceruk yang membedakan dirinya. Desain‑desainnya memadukan bordir, sulam, manik‑manik, dan unsur batik dalam bentuk yang modern namun tetap memuliakan warisan tradisi.
Ruang Penggerak
Pada tahun 2010, tercatat Anne sudah memiliki dua butik di Jakarta (Mall Kelapa Gading dan Grand Indonesia) serta sebuah toko “Pendopo” yang mendukung produk‑UKM Indonesia. Beberapa penghargaan juga pernah diraihnya, seperti Kartini Award dan penghargaan “Woman Able”.
Aktivitas Sosial
Anne memerankan peran yang lebih luas daripada sekadar perancang busana. Melalui yayasannya, ia memberikan bantuan medis gratis dan pelatihan kewirausahaan kepada masyarakat.
Ia pernah berkata: “Semua kesempatan itu selalu emas”. Pesannya, jangan sibuk mendengar suara yang menjatuhkan, tetapi fokus pada tujuan dan keberanian untuk menciptakan branding diri sendiri.
Warisan & Relevansi
Anne Avantie telah menunjukkan bahwa keterbatasan formal (misalnya ijazah SMP) tidak menghalangi seseorang untuk berkarya besar. Dengan kerja keras, kreativitas, dan kepekaan sosial, ia membuat kebaya menjadi bagian dari identitas mode Indonesia di panggung global. Karyanya juga menginspirasi banyak desainer muda dan menyemai kebanggaan pada warisan tradisional.
Anne Avantie adalah sosok yang memperlihatkan bahwa mode bukan sekadar estetika, namun juga medium untuk keberanian, pengabdian, dan transformasi sosial. Semoga kisahnya memberi inspirasi bagi siapa saja yang ingin menjahit mimpi menjadi karya nyata.
