Adab terhadap guru merupakan hal yang sangat ditekankan dalam Islam, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim karya Syaikh Az-Zarnuji. Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pembimbing yang memiliki peran besar dalam membentuk akhlak dan wawasan seorang murid. Oleh karena itu, menjaga adab saat bertemu atau berinteraksi dengan guru menjadi kewajiban penting.
Adab pertama adalah menghormati guru dan memuliakan posisinya. Seorang murid dianjurkan untuk bersikap rendah hati, tidak menyombongkan diri, serta selalu menghargai ilmu yang diajarkan. Rasulullah SAW bersabda, “Bukan termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak orang yang berilmu.” (HR Ahmad).
Selain itu, murid dianjurkan untuk tidak banyak bicara di hadapan guru, kecuali untuk bertanya hal-hal yang berkaitan dengan ilmu. Sifat pendiam di hadapan guru mencerminkan sikap tawadhu dan rasa hormat.
Adab lainnya adalah tidak menunjuk dengan jari telunjuk kepada guru, melainkan menggunakan seluruh tangan. Ini mencerminkan penghormatan yang mendalam kepada guru. Di samping itu, murid juga harus berjalan di belakang guru, sebagai wujud penghormatan dan kerendahan hati.
Ketika guru berbicara, seorang murid dianjurkan untuk tidak memotong pembicaraan atau meninggalkan guru kecuali dalam keadaan terpaksa. Kesabaran dalam mendengarkan nasihat guru adalah bentuk penghormatan terhadap ilmu yang disampaikan.
Seorang ulama besar, Imam Syafi’i, pernah berkata, “Aku selalu membuka lembaran kitab di hadapan guruku dengan sangat perlahan, karena aku tidak ingin mengganggu konsentrasinya dengan suara lembaran tersebut.” Hal ini menunjukkan betapa besarnya penghormatan para ulama terdahulu terhadap guru mereka.
Dengan menjaga adab-adab ini, hubungan antara murid dan guru akan lebih harmonis, sehingga ilmu yang didapat menjadi lebih berkah. Menghormati guru bukan hanya kewajiban, tetapi juga wujud rasa syukur atas nikmat ilmu yang diberikan Allah melalui perantara mereka.