Yogyakarta — Anggaran Rp10 ribu per porsi untuk program makan bergizi gratis pemerintah sempat menuai keraguan. Namun, Ahli Gizi Universitas Gadjah Mada (UGM), Toto Sudargo, optimistis nominal tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak sekolah.
“Dilihat dari perencanaannya, Rp10 ribu untuk setiap anak masih mungkin dilaksanakan,” ujar Toto dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/12/2024).
Meski demikian, ia mengingatkan pentingnya pemantauan dan evaluasi agar program ini dapat berjalan maksimal.
Program makan bergizi gratis dirancang untuk diluncurkan pada Januari 2025. Pemerintah mengusung tujuan mulia, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan memastikan pelajar mendapatkan makanan bernutrisi.
Toto menjelaskan bahwa menu makanan bisa disesuaikan dengan kearifan lokal di setiap daerah.
“Beberapa daerah seperti Papua mungkin mengganti nasi dengan sagu atau papeda. Untuk protein, bisa menggunakan ikan, telur, atau sumber nabati lainnya,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan bahwa anggaran bisa lebih efektif jika ada subsidi silang dan pengurangan biaya transportasi. Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan dapur-dapur lokal yang dekat dengan sekolah.
Menurut Toto, program ini adalah langkah besar yang patut diapresiasi.
“Tidak semua negara sanggup menjalankan program besar seperti ini,” ujarnya.
Meski begitu, keberhasilan program ini bergantung pada kesiapan teknis di lapangan. Kolaborasi antara pemerintah daerah, sekolah, dan masyarakat sangat diperlukan agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh pelajar.
