Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Curug Malela: Niagara Mini di Jantung Hutan Jawa Barat

Kyoto Kerek Tarif Wisata Demi Selamatkan Warisan Budaya

DPRD Kutim Desak Efisiensi Anggaran, Peringatkan Potensi Sanksi

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Kamis, 13 November 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

Samarinda ke Bontang: Di Atas Aspal Berliku, Menuju Kota di Ujung Timur

Sebuah akhir dari perjalanan penuh cerita, penuh pemandangan, dan penuh tantangan
Alfi SalamahAlfi Salamah24 September 2024 Travel
Perjalanan ke Bontang Bersama SEO Infosatu.co
Mohammad Sukri, SEO Infosatu.co bersama Wartawan MSI Grup
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Seperti sebuah perjalanan menelusuri lembar-lembar cerita alam Kalimantan, Selasa, 24 September 2024, saya, Aisyah, Udex, dan Sukri memulai petualangan kami dari Samarinda menuju Bontang. Kami mengendarai mobil Brio, menembus panas terik dan debu, seperti para penjelajah yang mengarungi lautan aspal berliku.

Jam menunjukkan pukul 11.00 WITA saat kami memulai perjalanan. Di tengah jalan, lapar membawa kami ke sebuah warung sederhana di pinggir jalan Banjar, di mana aroma ikan bandeng bakar menyapa seperti sambutan hangat dari alam. Sambal tomat terasi yang pedas menggigit lidah kami, sementara es jeruk segar seperti oase kecil di tengah gurun panas.

Kampung Musik Katulistiwa di Desa Prangat

Perjalanan berlanjut, kami menyusuri jalan seperti aliran sungai yang mencari muara, melaju dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Saat adzan Dzuhur berkumandang, waktu terasa seperti berhenti sejenak. Kami berniat menunaikan shalat Dzuhur dan Ashar secara jama’ taqdim, sembari terus mencari masjid yang akan menjadi tempat perhentian berikutnya.

Pemandangan alam terbentang di depan mata, kami melewati desa wisata Badak Mekar yang asri, serta kawasan perkebunan Prangat yang hijau menjulang seperti kanvas hidup. Kampung Musik Katulistiwa di desa Prangat mengundang mata kami untuk berhenti sejenak. mun kami terus melaju, meliuk-liuk di jalanan yang berlubang dan rusak, seperti kapal yang mengarungi ombak tak beraturan.

Suhu Mencapai 34°C

Tiba di Masjid Abah Nanang, kami disambut keheningan yang penuh damai. Terlihat orang-orang yang sedang beristirahat dan melaksanakan shalat, sementara kami menyatu dalam ketenangan sesaat. Perjalanan masih panjang, namun dari sini Bontang tinggal 41 km lagi—sedikit lagi kami akan tiba di tujuan.

Panas yang membakar terasa tak kenal ampun, suhu mencapai 34°C dan debu-debu halus seperti menari di udara, menempel di kulit yang basah oleh keringat. Namun, deretan bambu hijau dan pepohonan Katapang di sekitar masjid menjadi naungan kecil yang menghibur.

Saat kembali melaju, monumen Titik Nol Katulistiwa menyapa di sisi kiri jalan, dan bukit-bukit putih yang terkikis menyembul seperti tebing-tebing zaman purba yang diukir waktu.

Melewati Batas-Batas Wilayah

Perjalanan ini tak hanya melintasi jalan, tapi juga melewati batas-batas wilayah, dari Kutai Kartanegara ke Kutai Timur. eolah kami berpindah dari satu bab ke bab lain dalam sebuah buku besar. Menjelang Bontang, Sukri mulai terbuai kantuk yang tak tertahankan. Kami pun berhenti sejenak, memberinya waktu untuk beristirahat, seperti layaknya pengembara yang singgah sebelum melanjutkan perjalanan panjang.

Akhirnya, sekitar pukul 14.30 WITA, kami tiba di gerbang Kota Bontang. Sebuah akhir dari perjalanan penuh cerita, penuh pemandangan, dan penuh tantangan. Alhamdulillah, kami tiba dengan selamat, menyudahi perjalanan ini dengan rasa syukur dan kepuasan.

Kabupaten Kutai Kartanegara Mohammad Sukri Titik Nol Katulistiwa
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticleNomor Urut Sudah Ditetapkan, Siapa ‘Raja’ Kaltim 2024?
Next Article Tombol Motivasi

Informasi lainnya

Curug Malela: Niagara Mini di Jantung Hutan Jawa Barat

13 November 2025

Kyoto Kerek Tarif Wisata Demi Selamatkan Warisan Budaya

13 November 2025

Menepi di Jejeran Cemara & Laut Lepas Pangempang

28 Oktober 2025

Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Menyimpan Pesona Budaya dan Alam

15 September 2025

Curug Pelangi, Panorama Air dan Cahaya

3 September 2025

Keindahan Ranu Kumbolo, Surga Tersembunyi di Punggung Semeru

3 September 2025
Paling Sering Dibaca

Kegaduhan yang Disengaja

Editorial Udex Mundzir

Cara Efektif Menyusun To-Do List agar Tidak Sekadar Jadi Hiasan Meja

Daily Tips Ericka

Menunda Panggilan Haji: Benarkah Kehendak atau Keragu-raguan

Islami Alfi Salamah

Koperasi Rasa Franchise

Editorial Udex Mundzir

UI di Puncak Ranking, Tercoreng Predator Tambang

Editorial Udex Mundzir
Berita Lainnya
Hukum
Alwi Ahmad20 September 2023

Antusias Siswa SMPN 3 Samarinda Ikuti Jaksa Masuk Sekolah

Fenomena Clipper, Profesi Baru yang Bikin Sarjana Geleng Kepala

Minat Masyarakat Positif, Okupansi Kereta Cepat Whoosh Stabil

KPK Cetak Quattrick di Riau, Empat Gubernur Tersandung Korupsi

PB XIII Hangabehi Wafat, Takhta Keraton Surakarta Tunggu Pewaris Resmi

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.