Gagal bukan akhir dari segalanya. Bagi Nick Woodman, dua kali bangkrut justru menjadi pijakan untuk menciptakan inovasi yang mendunia. Pada usaha ketiganya, ia berhasil membangun GoPro, kamera aksi pertama yang menguasai pasar global.
Nick Woodman, yang awalnya terpuruk oleh kegagalan, akhirnya mendapatkan ide untuk membuat kamera aksi saat sedang berselancar. Ia melihat para peselancar sangat antusias untuk mengabadikan aksi mereka di ombak.
Saat itu, mereka bahkan harus menyewa fotografer untuk mengambil gambar di tengah laut, hal yang tentu memerlukan biaya besar dan tidak praktis.
“Saya bertanya kepada para peselancar, mengapa mereka mau mengeluarkan uang untuk menyewa fotografer?” kenang Nick, yang kemudian mendalami kebutuhan tersebut lebih lanjut.
Hasil dari pengamatannya membuat Nick sadar akan peluang besar. Ia melihat bahwa peselancar, serta pecinta olahraga ekstrem lainnya, membutuhkan kamera yang kecil, ringan, dan tahan air. Saat itu, belum ada produk di pasaran yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Kamera yang ada terlalu besar dan tidak tahan banting untuk aksi di alam terbuka.
Dari situlah muncul gagasan besar untuk membuat kamera aksi yang dapat dipakai dalam berbagai situasi ekstrem. Nick mengembangkan ide ini dengan menekankan keunggulan unik. Kamera harus ringan, tahan air, dan mudah digunakan tanpa bantuan orang lain.
Pada 2004, produk pertama GoPro, yakni “GoPro Hero,” diluncurkan. Kamera ini disambut positif oleh para pengguna yang ingin mengabadikan momen ekstrem, mulai dari peselancar hingga atlet olahraga petualangan.
GoPro menjadi pelopor kamera aksi dan menguasai pasar global, membuktikan bahwa produk yang berhasil tidak hanya menjawab kebutuhan konsumen, tetapi juga diciptakan dengan pemahaman mendalam terhadap keinginan mereka.
Kini, GoPro dikenal sebagai kamera yang mampu merekam momen-momen paling menantang, dan Nick Woodman menjadi salah satu tokoh inspiratif dalam dunia bisnis. Perjalanannya dari bangkrut hingga sukses membuktikan pentingnya ketekunan dan inovasi.
