Tasikmalaya – “Tak perlu jago semua hal, yang penting tahu alatnya.” Pesan penuh semangat itu disampaikan oleh Dr. Lina Marlina saat membuka Seminar Ekonomi bertema “Peran Generasi Z Dalam Menumbuhkan Ekonomi Kreatif Berbasis Digital” di Politeknik Triguna Tasikmalaya, Sabtu (3/5/2025).
Dalam seminar yang dipadati mahasiswa di ruang FG tersebut, Lina menekankan bahwa penguasaan tools seperti Canva, CapCut, Notion hingga ChatGPT menjadi bekal penting bagi Gen Z untuk bertahan dan bersinar di ranah ekonomi digital.
“Tidak perlu menunggu fasilitas mewah, cukup punya semangat belajar mandiri dan konsisten setiap hari,” ujarnya menyemangati para peserta.
Ia mendorong peserta untuk belajar dari platform gratis seperti YouTube dan mempraktikkan ilmunya secara rutin. Menurutnya, kesuksesan di era digital tidak lagi bergantung pada modal besar, tetapi pada niat belajar dan keberanian mencoba. Tak hanya itu, ia menyoroti pentingnya membangun personal branding sejak dini.
“Tunjukkan ciri khas kalian. Entah itu sebagai ilustrator tema lokal atau videografer budaya. Aktif di LinkedIn, IG, Behance, atau bikin blog itu wajib,” tambah Lina.
Ia meyakini potensi Tasikmalaya bisa dikembangkan menjadi kekuatan ekonomi baru dengan memanfaatkan inovasi desain, kolaborasi antar generasi, digitalisasi promosi, serta peningkatan mutu produk melalui kurasi dan sertifikasi.
“Produk lokal punya peluang tembus pasar nasional hingga global. Kriya bahkan bisa jadi media edukasi budaya dan membuka peluang kerja di bidang kreatif,” jelasnya lebih lanjut.
Lina juga mengingatkan bahwa sebagian besar jenis pekerjaan di masa depan belum ada hari ini. Dunia kerja 2030 akan penuh kejutan dan Gen Z perlu responsif terhadap perubahan.
“Tren digital terus berubah. Hari ini podcast, besok YouTube Shorts. Dari Instagram ke Threads. Siapa yang cepat adaptasi, dialah yang menang,” tegasnya. Ia mengajak peserta untuk aktif di komunitas kreatif, mengikuti tren, dan membangun jejaring yang luas.
Menurutnya, masa depan bukan untuk ditunggu, tetapi harus diciptakan. Dunia kreatif menuntut lebih dari sekadar kerja—mahasiswa ditantang untuk menjadi inspirasi.
“Kalau Tasikmalaya bisa hasilkan karya berkelas dunia, maka kalian pun bisa memulainya dari langkah kecil yang berdampak besar. Jangan takut gagal—lebih menakutkan jika tak pernah mencoba,” tutupnya.
