Jakarta – Pemerintah Indonesia mengajukan penggunaan Bandara Internasional Taif (TIF) sebagai bandara alternatif bagi jemaah haji Indonesia ke Arab Saudi mulai musim haji 2026. Langkah ini dilakukan guna menekan biaya dan mempercepat waktu perjalanan ibadah haji.
Usulan tersebut disampaikan oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar kepada Pemerintah Kerajaan Arab Saudi pada Jumat (4/7/2025). Ia menilai keberadaan Bandara Taif, yang berjarak sekitar 70 hingga 111 kilometer dari Kota Mekkah, bisa menjadi solusi logistik yang lebih efisien dibandingkan dengan Bandara Jeddah atau Madinah yang selama ini digunakan secara penuh oleh jemaah.
“Kita bisa menggunakan bandara lain, misalnya Bandara Internasional yang ada di Taif. Itu juga sedang dipertimbangkan oleh Kerajaan,” kata Nasaruddin dalam pernyataan resminya.
Taif menjadi alternatif yang dianggap lebih sepi dan strategis karena hanya berjarak sekitar 1 jam 15 menit dari Mekkah lewat jalur darat. Hal ini diyakini dapat mengurangi kepadatan arus masuk jemaah dan mempercepat distribusi ke lokasi-lokasi ibadah.
Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i menyampaikan bahwa dengan pemanfaatan Bandara Taif, efisiensi biaya bisa lebih besar, terutama jika dibarengi dengan pengurangan masa tinggal jemaah dari 41 hari menjadi 31 hari. Bahkan, jika program Kampung Haji Indonesia di Mekkah terealisasi, biaya haji yang sebelumnya ditetapkan sebesar Rp89,4 juta tahun 2025 bisa ditekan hingga di bawah Rp70 juta.
“Jika semua elemen efisiensi berjalan, biaya haji bisa sangat mungkin ditekan sampai Rp70 juta,” jelas Romo Syafi’i.
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2025 ditetapkan sebesar Rp89.410.259 per jemaah, dengan porsi biaya yang ditanggung langsung oleh jemaah mencapai Rp55.431.751 (62%), sementara sisanya disubsidi oleh pemerintah.
Dalam pengembangan fasilitas haji jangka panjang, Presiden Prabowo Subianto juga telah mengusulkan pembangunan Kampung Haji Indonesia di Mekkah saat bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS). Menteri Agama menyebut bahwa gagasan tersebut telah mendapat sambutan positif dan tim lintas kementerian akan segera dibentuk untuk menindaklanjutinya.
“Insya Allah, setibanya kami di Tanah Air, tim khusus akan dibentuk untuk mengkaji dan mempersiapkan hal ini secara matang,” tegas Nasaruddin.
Kemenag juga memperkirakan kuota haji Indonesia pada 2026 akan tetap stabil di angka 221.000 jemaah, terdiri dari 203.320 jemaah reguler dan 17.680 jemaah khusus, sesuai dengan tren tiga tahun terakhir.
Upaya ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang pemerintah untuk memastikan penyelenggaraan ibadah haji yang lebih efisien dan terjangkau bagi seluruh calon jemaah di masa mendatang.
