Kukar – Deretan pohon kelapa sawit yang tumbuh subur di Desa Klekat kini membawa harapan baru. Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) sedang mengawal pembangunan pabrik minyak merah di kawasan ini, sebagai bentuk upaya memanfaatkan potensi lokal sekaligus mengantisipasi krisis pangan di masa depan.
Pelaksana Tugas (Plt) Camat Kembang Janggut, Suhartono, mengatakan bahwa pembangunan pabrik ini merupakan amanah langsung dari Bupati Kukar untuk memperkuat ketahanan pangan daerah, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sektor ekonomi berbasis komoditas lokal.
“Masih sesuai dengan arahan Pak Bupati untuk mengawal terus pembangunan pabrik minyak merah di Kembang Janggut, khususnya di Desa Klekat. Sebab itu salah satu dari program Pemkab Kukar,” ujar Suhartono kepada Poskotakaltimnews, Selasa (8/4/2025).
Ia menjelaskan bahwa ide pembangunan pabrik minyak merah muncul dari persoalan kelangkaan minyak goreng yang sempat melanda Indonesia pada tahun 2023. Menurutnya, situasi tersebut menjadi titik balik bagi pemerintah untuk mencari solusi jangka panjang berbasis kearifan lokal.
“Pembangunan pabrik ini dilatarbelakangi oleh kelangkaan minyak goreng pada tahun 2023. Dengan adanya pabrik minyak merah ini, diharapkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi, sekaligus meningkatkan perekonomian daerah,” jelasnya.
Suhartono juga memastikan ketersediaan bahan baku tidak akan menjadi kendala, sebab Kecamatan Kembang Janggut dikenal memiliki lahan perkebunan sawit yang luas, yang sebagian besar dikelola oleh masyarakat setempat.
“Kami yakin karena bahan bakunya pasti akan terpenuhi. Mengingat wilayah kami banyak perkebunan sawit milik masyarakat,” pungkasnya.
Pembangunan pabrik ini bukan hanya menjawab kebutuhan pangan, tetapi juga membuka peluang kerja baru, mendorong pertumbuhan industri hilir, dan meningkatkan nilai tambah dari hasil perkebunan lokal. Pemkab Kukar melalui kecamatan terus memantau progres proyek ini agar tepat sasaran dan sesuai jadwal.
Langkah ini menjadi contoh nyata bagaimana sebuah krisis bisa menjadi titik balik untuk membangun ketahanan ekonomi yang lebih kokoh berbasis sumber daya lokal.

