Ternate – Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,1 mengguncang wilayah Halmahera Selatan, Maluku Utara, pada Ahad (2/11/2025) sekitar pukul 03.12 WIT. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan pusat gempa berada di laut, sekitar 47 kilometer tenggara Labuha, dengan kedalaman 19 kilometer. Meski sempat menimbulkan kepanikan, BMKG memastikan tidak ada potensi tsunami akibat peristiwa tersebut.
“Gempa ini termasuk gempa dangkal yang disebabkan aktivitas subduksi lempeng Laut Maluku. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan jenis sesar naik,” jelas Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, dalam keterangannya kepada media.
Menurut Daryono, guncangan dirasakan cukup kuat di Labuha, Bacan, dan Obi dengan intensitas IV MMI (dirasakan banyak orang di dalam rumah dan sebagian di luar rumah). Sementara di wilayah Ternate dan Tidore, getarannya terasa ringan dengan intensitas II–III MMI.
Sejumlah warga di Labuha sempat berhamburan keluar rumah sesaat setelah gempa terjadi. “Kami kaget sekali, lampu sempat padam, dan barang-barang di rak jatuh semua,” ujar Samsul Bahri, warga Desa Panamboang, Halmahera Selatan, saat dihubungi melalui sambungan telepon. Ia menambahkan, sebagian warga memilih bertahan di luar rumah hingga pagi hari karena takut akan gempa susulan.
BPBD Maluku Utara melaporkan hingga pukul 09.00 WIT belum ditemukan adanya korban jiwa maupun kerusakan signifikan pada infrastruktur. Namun, tim gabungan masih melakukan pendataan di beberapa desa pesisir yang sempat mengalami longsoran kecil.
“Kami telah menurunkan tim reaksi cepat untuk memantau situasi di lapangan. Kami juga berkoordinasi dengan TNI dan Polri untuk memastikan jalur logistik dan komunikasi aman,” kata Rahman Abubakar, Kepala BPBD Maluku Utara.
BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpancing informasi hoaks mengenai potensi tsunami atau gempa susulan besar. Pihaknya juga mengingatkan agar warga yang berada di dekat pantai selalu memperhatikan tanda-tanda alam dan mengikuti instruksi resmi dari pemerintah daerah.
Gempa kali ini menjadi pengingat bahwa kawasan Maluku Utara merupakan salah satu wilayah rawan gempa di Indonesia, karena berada di pertemuan tiga lempeng besar: Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia. Sejarah mencatat, beberapa gempa besar di wilayah ini pernah menimbulkan kerusakan berat, seperti pada tahun 2019 dan 2021.
Dengan kondisi geologis yang kompleks, para ahli mengingatkan pentingnya pembangunan infrastruktur tahan gempa serta peningkatan edukasi mitigasi bencana di daerah-daerah rawan. Pemerintah daerah juga diimbau memperkuat sistem peringatan dini untuk meminimalkan risiko di masa depan.
