Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

Lepaskan Ketegangan, Raih Kedamaian

Firnadi Ikhsan Serap Aspirasi Tiga Delegasi di Hari Aspirasi PKS Kaltim

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Jumat, 24 Oktober 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

Bela Negara Bukan Membungkam Kritik

Kritik yang dibungkam atas nama nasionalisme justru mengkhianati esensi bela negara sejati.
Udex MundzirUdex Mundzir13 Juni 2025 Opini
perbedaan bela negara dan bela pemerintah
Ilustrasi perbedaan bela negara dan bela pemerintah (.inet)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Semakin kabur batas antara negara dan pemerintah, semakin besar pula risiko terjadinya kekeliruan berpikir publik. Dalam wacana bela negara, kerancuan ini menjadi serius ketika kritik terhadap kebijakan pemerintah dianggap sebagai bentuk anti-nasionalisme. Padahal, cinta tanah air tak selalu berarti tunduk pada kuasa penguasa.

Pada Maret 2025, revisi UU TNI resmi disahkan. Revisi ini membuka jalan bagi prajurit aktif untuk mengisi jabatan sipil. Mulai dari Kementerian Pertanian hingga Kejaksaan, hampir semua lembaga kini terbuka untuk militer aktif. Ini langsung mengingatkan publik pada masa kelam dwifungsi ABRI. Gelombang protes pun tak terelakkan. Mahasiswa menggugat keras, bahkan sampai menggedor ruang sidang yang dialihkan ke hotel mewah, simbol betapa elit kekuasaan kini jauh dari rakyat.

Fenomena ini tidak berdiri sendiri. Pada saat yang hampir bersamaan, pemerintah menerbitkan Inpres No. 1 Tahun 2025. Isinya: mengalihkan Rp306 triliun anggaran kementerian ke program makan siang gratis. Program populis ini dikritik keras oleh akademisi karena mengorbankan anggaran kesehatan dan pendidikan. Namun, alih-alih mendengarkan, kritik justru dibungkus sebagai “tidak mendukung pembangunan nasional.”

Bela negara tak lagi dipahami sebagai upaya kolektif menjaga republik dari ancaman, melainkan telah direduksi menjadi kewajiban loyalitas terhadap program-program negara—sekalipun tidak masuk akal. Bahkan, tagar viral seperti #KaburAjaDulu yang muncul Februari lalu menggambarkan kegelisahan generasi muda. Mereka bukan tidak cinta tanah air, tetapi kecewa karena tanah air seolah hanya memberi janji, bukan keadilan sosial.

Ironisnya, upaya bela negara dalam bentuk pelatihan ala militer juga diterapkan untuk siswa sekolah di Jawa Barat. Pemerintah daerah menyebut ini cara “mendisiplinkan” anak. Tetapi KPAI dan psikolog menilai pendekatan ini berlebihan dan bisa berujung pada trauma. Kritik terhadap pendekatan militeristik semacam ini tidak bisa serta merta dianggap sebagai pelecehan terhadap nasionalisme.

Fenomena ini menunjukkan gejala sistemik: semangat nasionalisme disalahartikan untuk memperkuat kekuasaan. Di lingkungan kampus, konsep bela negara masuk dalam skema Kampus Merdeka. Mahasiswa diposisikan sebagai objek, bukan subjek yang mampu berpikir kritis. Beberapa kampus mulai melarang diskusi politik dengan dalih menjaga stabilitas, padahal diskusi adalah jantung dari kehidupan akademik.

Masalah ini lebih dari sekadar salah kaprah. Ia adalah ancaman serius terhadap demokrasi. Ketika pemerintah mengidentikkan dirinya dengan negara, maka setiap kritik padanya akan dianggap penghianatan. Padahal, dalam sistem demokratis, kritik adalah bentuk tertinggi dari cinta tanah air. Mereka yang berani berbicara bukan pembelot, melainkan penjaga arah.

Secara hukum, UUD 1945 menjamin kebebasan berpendapat. Undang-undang bela negara tidak pernah mencantumkan larangan untuk mengkritik pemerintah. Cinta tanah air tidak dibatasi oleh kesetiaan terhadap penguasa, tapi oleh keberanian untuk menegur kekeliruan agar bangsa tetap berjalan di rel keadilan.

Penting bagi kita untuk memisahkan dua hal: membela negara dan membela pemerintah. Negara adalah entitas yang lebih besar, mencakup rakyat, budaya, alam, dan nilai-nilai luhur. Pemerintah adalah pengelola negara, yang kinerjanya boleh—dan harus—dikritik. Membungkam kritik demi stabilitas hanya akan membuat negara rapuh, bukan kuat.

Solusinya adalah membangun kesadaran kritis dan sistem pemerintahan yang transparan. Setiap kebijakan publik harus dilandasi oleh partisipasi rakyat, bukan sekadar keputusan elite. Program bela negara harus berbasis nilai sipil, bukan militeristik. Ruang publik harus tetap terbuka untuk diskusi, debat, dan perbedaan pendapat. Negara tidak akan runtuh karena kritik. Sebaliknya, ia akan bangkit jika semua anak bangsanya diberi ruang untuk bersuara.

Bela negara sejati bukan tentang membungkam kritik atau menghafal slogan nasionalisme. Ia adalah keberanian untuk berkata benar demi kebaikan bangsa. Ketika cinta tanah air disempitkan hanya menjadi dukungan terhadap pemerintah, maka demokrasi sedang dalam bahaya. Inilah saatnya kita berdiri, bukan membungkuk di hadapan kekuasaan yang salah arah.

Bela Negara Demokrasi Indonesia Kebebasan Berpendapat Kebijakan Publik Kritik Pemerintah
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticleRosan Roeslani Tegaskan Danantara Dorong Ekonomi Inklusif
Next Article Mahasiswa Disabilitas UT Penuh Semangat dalam Ujian Tatap Muka di SMAN 5 Tasikmalaya

Informasi lainnya

Cuaca Panas? Inilah Tanaman yang Bisa Menyejukan Rumah

21 Oktober 2025

Orde Baru Jauh Lebih Baik

8 September 2025

Mengakhiri Bayang Jokowi

4 September 2025

Provokasi di Balik Aksi Jalanan

31 Agustus 2025

Ketika Vape Jadi Narkoba Baru

27 Agustus 2025

Tarif Ojol Naik: Siapa Diuntungkan?

1 Juli 2025
Paling Sering Dibaca

Tukin Dosen: Antara Janji dan Realita

Editorial Udex Mundzir

Keindahan Gunung Fuji di Jepang, Pesona Alam yang Tak Tertandingi

Travel Alfi Salamah

Empat Inovasi Baru Pelayanan Haji di Arafah dan Mina

Islami Alfi Salamah

Jurnalisme di Bawah Bayang Algoritma

Editorial Udex Mundzir

Tips Hindari FOMO Agar Tetap Kalem dan Bahagia

Daily Tips Ericka
Berita Lainnya
Kesehatan
Alfi Salamah23 Oktober 2025

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

Firnadi Ikhsan Serap Aspirasi Tiga Delegasi di Hari Aspirasi PKS Kaltim

Kasus Radiasi Cikande Masuk Tahap Penyidikan, PT PMT Dianggap Lalai

Trump Resmikan Fase Dua Kesepakatan Gencatan Gaza

Menkeu Purbaya Pertimbangkan Pemangkasan PPN Tahun 2026

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.