Bandung – Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Islam Bandung (Unisba) kembali menggelar kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Kegiatan yang berlangsung pada 30 Juni – 12 Juli 2025 ini menutup rangkaian tridharma perguruan tinggi dengan puncak acara berupa “Pameran dan Penyuluhan Produk Inovasi Komoditas Buah Ceri Kopi Desa Mekarmanik”.
Desa Mekarmanik memiliki potensi besar di sektor pertanian, khususnya kopi arabika lokal. Menurut Sekretaris Desa, Ridwan Maulana, kopi menjadi salah satu komoditas unggulan selain cengkeh dan bawang merah batu.
“Desa kami memiliki komoditas khas, terutama kopi arabika, yang menjadi identitas pertanian warga,” ujarnya.
Data desa mencatat jumlah penduduk 9.307 jiwa dengan mayoritas latar pendidikan rendah, di mana 70,96% hanya tamatan SD atau lebih rendah. Selain itu, 71,44% penduduk berada di usia produktif, namun banyak yang tidak bekerja atau berprofesi sebagai buruh harian lepas. Kondisi ini menjadi latar belakang pentingnya pengembangan produk turunan kopi yang bernilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan.
Tim Farmasi Unisba memperkenalkan inovasi produk olahan buah ceri kopi berbasis konsep zero waste. Produk yang dikembangkan meliputi Cascara (teh buah ceri kopi), Kopi Honey, Gula Sari Buah Ceri Kopi, Serat Buah Ceri Kopi, serta sajian Kopi Nabawi dan Kopi Nitro. Proses pengolahan dilakukan dengan metode sederhana namun terukur, termasuk teknik TDA (Tahajud–Dhuha–Ashar) untuk penjemuran cascara dan kopi honey agar menghasilkan cita rasa khas.
Pada bagian lain, tim juga mengolah buah ceri kopi menjadi gula sari dengan teknik ekstraksi mekanis sederhana menggunakan blender dan penyaringan, kemudian dimasak hingga menghasilkan cairan kental bercita rasa unik. Ampasnya dimanfaatkan sebagai serat buah kopi, mempertegas pendekatan minim limbah yang diusung.
Ketua Tim KKN dan PkM, apt. Gita Cahya Eka Darma, S.Farm., M.Si., menegaskan bahwa riset ini dirancang untuk memberi solusi sederhana yang bisa diterapkan warga.
“Harapannya, masyarakat bisa mengolah kopi secara mandiri, tidak hanya menjual bijinya, tetapi juga memanfaatkan seluruh bagian buah kopi menjadi produk bernilai ekonomi,” jelasnya.
Kegiatan pameran dihadiri perangkat desa, kelompok tani, karang taruna, dan kader ibu-ibu desa. Kepala Desa Mekarmanik, Nanang Suryana, mengapresiasi kegiatan tersebut.
“Kami sangat berterima kasih atas edukasi yang diberikan. Semoga kegiatan ini berlanjut dan memberi manfaat besar bagi masyarakat,” ungkapnya.
Antusiasme warga, terutama ibu-ibu, terlihat tinggi karena cara pembuatan produk dinilai tidak rumit serta bahan dan alatnya mudah diperoleh. Program ini juga diharapkan membuka peluang usaha rumah tangga berbasis kopi lokal yang dapat memperkuat perekonomian desa.