Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Curug Malela: Niagara Mini di Jantung Hutan Jawa Barat

Kyoto Kerek Tarif Wisata Demi Selamatkan Warisan Budaya

DPRD Kutim Desak Efisiensi Anggaran, Peringatkan Potensi Sanksi

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Kamis, 13 November 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

UMP 2025: Melampaui Angka, Memahami Kebutuhan

Penetapan UMP 2025 dengan kenaikan minimal 6,5% harus menjawab tantangan ekonomi pekerja.
Udex MundzirUdex Mundzir15 Desember 2024 Editorial
UMP 2025 kenaikan 6,5 persen
UMP 2025 kenaikan 6,5 persen (.inet)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Upah minimum bukan sekadar angka dalam kebijakan ekonomi. Ia adalah cerminan dari keseimbangan antara kebutuhan hidup layak pekerja, daya tahan perusahaan, dan kontribusi tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi. Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2025 sebesar minimal 6,5%, sebagaimana diumumkan pemerintah, membawa kabar baik bagi pekerja, tetapi juga memunculkan sejumlah pertanyaan mendalam terkait implementasi dan dampaknya.

Dari 37 provinsi yang telah menetapkan UMP, DKI Jakarta menempati posisi tertinggi dengan Rp 5.396.761, sementara Jawa Tengah mencatat angka terendah, yakni Rp 2.169.349. Kesenjangan ini menegaskan perbedaan signifikan dalam biaya hidup di tiap wilayah. Namun, bagi pekerja di provinsi dengan UMP terendah, kenaikan ini tetap belum mampu mengejar kenaikan kebutuhan hidup, apalagi di tengah inflasi yang terus merangkak naik.

Formula UMP 2025 mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2023, yang mempertimbangkan inflasi, pertumbuhan ekonomi, serta kontribusi tenaga kerja terhadap perekonomian. Namun, putusan Mahkamah Konstitusi baru-baru ini menambahkan dimensi baru: prinsip proporsionalitas, yang mengharuskan perhitungan ini juga memperhatikan kepentingan perusahaan dan kebutuhan hidup layak pekerja.

Bagi perusahaan, terutama yang bergerak di sektor padat karya, kenaikan UMP bisa menjadi tantangan. Biaya operasional meningkat, sementara daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih pasca pandemi. Di sisi lain, pekerja sering kali masih kesulitan memenuhi kebutuhan dasar meski upah mereka naik. Dalam konteks ini, kebijakan UMP harus menjadi bagian dari solusi yang lebih besar untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja tanpa mengorbankan kelangsungan bisnis.

Namun, kendala teknis dalam penetapan UMP juga tak bisa diabaikan. Beberapa provinsi, seperti Papua Pegunungan, belum dapat menetapkan UMP hingga batas akhir 11 Desember 2024 karena tidak tercapainya kesepakatan di Dewan Pengupahan. Hal ini menunjukkan perlunya koordinasi lebih baik antara pemerintah daerah, serikat pekerja, dan asosiasi pengusaha untuk memastikan kebijakan yang adil dan tepat waktu.

Di luar angka, UMP harus dilihat sebagai bagian dari sistem perlindungan sosial yang lebih luas. Pekerja berhak mendapatkan upah yang cukup untuk hidup layak, tetapi mereka juga membutuhkan akses terhadap fasilitas lain seperti perumahan, pendidikan, dan kesehatan yang terjangkau. Tanpa dukungan ini, kenaikan upah hanya menjadi perbaikan sementara yang belum mampu mengatasi akar masalah.

Kenaikan UMP 2025 juga menjadi ujian bagi komitmen pemerintah dalam mendukung pekerja. Selain memastikan implementasi yang adil, pemerintah harus mendorong peningkatan produktivitas melalui pelatihan kerja dan program pemberdayaan. Langkah ini tidak hanya membantu pekerja mendapatkan upah yang lebih baik, tetapi juga memperkuat daya saing tenaga kerja Indonesia di tingkat global.

Pada akhirnya, UMP bukan sekadar kebijakan ekonomi, tetapi juga representasi dari perhatian pemerintah terhadap rakyatnya. Dengan memastikan kebijakan ini diimplementasikan secara efektif dan didukung oleh langkah strategis lainnya, kenaikan UMP 2025 dapat menjadi langkah awal untuk menciptakan keseimbangan antara kesejahteraan pekerja dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kebijakan UMP pemerintah Kenaikan UMP 6.5 persen Kesenjangan UMP antar daerah Pekerja dan upah minimum UMP 2025 Indonesia
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticleSemeru Kembali Erupsi, Kolom Letusan Capai 1.000 Meter
Next Article Angin Segar bagi Narapidana

Informasi lainnya

Menguji Gelar Pahlawan Soeharto

13 November 2025

Insentif MBG: Jangan Alihkan Beban

2 November 2025

Kehadiran Prabowo di Kongres Projo, Akan Menegaskan Dirinya “Termul”

1 November 2025

Sentralisasi Berkedok Nasionalisme

31 Oktober 2025

Siapa Kenyang dari Proyek Makan Bergizi?

27 Oktober 2025

Larangan Baju Bekas: Tegas Boleh, Serampangan Jangan

27 Oktober 2025
Paling Sering Dibaca

Eksotisme Gunung Papandayan, Surga Alam di Garut

Travel Alfi Salamah

Mengagumkan Kiswah Mengalami Transformasi dalam 10 Fase

Islami Alfi Salamah

Sahabat AI dan Ilusi Kedaulatan Digital

Editorial Udex Mundzir

Politik Kongkow, Rakyat Menunggu

Editorial Udex Mundzir

Isuzu Optimis Pangsa Pasarnya akan Naik 1,3 Persen

Bisnis Alfi Salamah
Berita Lainnya
Hukum
Alwi Ahmad20 September 2023

Antusias Siswa SMPN 3 Samarinda Ikuti Jaksa Masuk Sekolah

Fenomena Clipper, Profesi Baru yang Bikin Sarjana Geleng Kepala

Minat Masyarakat Positif, Okupansi Kereta Cepat Whoosh Stabil

KPK Cetak Quattrick di Riau, Empat Gubernur Tersandung Korupsi

PB XIII Hangabehi Wafat, Takhta Keraton Surakarta Tunggu Pewaris Resmi

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.