Samarinda — Permasalahan banjir seakan tak ada habisnya bagi warga Samarinda Utara. Dengan curah hujan yang meningkat tajam beberapa bulan terakhir, ketinggian air di kawasan ini mencapai dada orang dewasa, mengancam aktivitas dan keselamatan warga setempat.
Anggota DPRD Kalimantan Timur, Sapto Setyo Pramono, menyatakan keprihatinannya atas kondisi drainase yang buruk di wilayah tersebut. Setelah berdiskusi dengan warga dan pemangku kepentingan dalam reses, ia menegaskan pentingnya anggaran untuk proyek drainase di Jalan Padat Karya, Sempaja Timur, guna mengalirkan air ke Sungai Karang Mumus dan mengurangi risiko banjir.
“Tadi ada telepon dari Bu Desi, Kepala Dinas PUPR Kota Samarinda, saya tanyakan soal anggaran drainase di Jalan Padat Karya menuju Sungai Karang Mumus,” ujar Sapto pada Selasa (5/11/2024).
Banjir di Samarinda Utara tahun ini mencapai titik terparah. Pada Oktober, sekitar 800 warga dari 125 keluarga terdampak genangan hingga setinggi 160 cm. Sapto berharap dukungan dari Pemerintah Provinsi Kaltim untuk mengatasi masalah yang terus berulang ini. Namun, dengan anggaran 2025 yang sudah ditetapkan, bantuan baru dapat diajukan pada 2026.
“Kita harus tangani drainase terlebih dulu. Saat banjir, air bisa setinggi dada, ini memprihatinkan,” tuturnya.
Sapto juga mengingatkan bahwa Waduk Benanga, yang menjadi andalan pengendalian banjir di Samarinda, kini dalam kondisi siaga dengan debit air mendekati batas maksimal. Hal ini menjadi perhatian, sebab waduk tersebut berperan penting mengatur aliran air menuju Sungai Karang Mumus.
Sebagai upaya percepatan, Pemkot Samarinda bersama masyarakat setempat mendorong pembangunan sistem drainase baru yang lebih optimal. Dukungan aktif juga diberikan oleh camat dan lurah yang rutin berkoordinasi dengan DPRD dan dinas terkait untuk memastikan proyek drainase ini terealisasi.
Sapto menambahkan, dampak banjir terhadap sektor ekonomi sangat terasa, terutama bagi pedagang kecil yang kehilangan pendapatan karena terbatasnya akses jalan selama banjir. Warga di kawasan rendah juga merugi akibat barang-barang rumah tangga yang terendam air.
“Pedagang sekitar mengaku rugi besar karena pengunjung sedikit saat banjir. Begitu pula warga yang tinggal di kawasan terdampak,” ungkapnya.
Penanggulangan banjir yang berkesinambungan, menurut Sapto, harus menjadi prioritas. Infrastruktur tahan banjir seperti sumur resapan dan kanal pembuangan diperlukan untuk mengatasi tingginya curah hujan.
“Dengan tambahan anggaran provinsi, kita harap Sempaja Utara bisa lebih siap menyambut musim penghujan tahun depan,” tutupnya.

