Tradisi berbagi takjil saat bulan Ramadan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, terutama di Indonesia. Menjelang azan Magrib, banyak orang turun ke jalan, masjid, atau tempat umum untuk membagikan makanan ringan bagi mereka yang berpuasa.
Pemandangan ini tidak hanya mencerminkan semangat berbagi, tetapi juga menunjukkan betapa kuatnya nilai kebersamaan dalam masyarakat Muslim.
Kebiasaan ini bukan sekadar tradisi turun-temurun, tetapi memiliki akar yang kuat dalam ajaran Islam. Rasulullah ﷺ sendiri mencontohkan bagaimana beliau berbuka dengan kurma dan air sebelum menyantap makanan utama.
Dari kebiasaan inilah, umat Islam mulai mengembangkan tradisi berbagi makanan berbuka kepada sesama, yang kemudian dikenal dengan istilah takjil.
Asal-Usul Tradisi Memberi Takjil
Berbuka puasa dengan makanan ringan sebelum makan utama merupakan sunnah yang diajarkan Rasulullah ﷺ.
Dalam sebuah hadis, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَمَرَاتٌ، حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
“Rasulullah ﷺ biasa berbuka dengan beberapa butir kurma basah sebelum salat. Jika tidak ada kurma basah, beliau berbuka dengan kurma kering. Jika tidak ada kurma kering, beliau minum beberapa teguk air.” (HR. Abu Dawud No. 2356)
Hadis ini menjadi dasar kebiasaan berbuka dengan makanan ringan sebelum melanjutkan makan utama. Dari sinilah, muncul budaya berbagi takjil yang kini berkembang di berbagai negara Muslim, termasuk Indonesia.
Di tanah air, tradisi ini semakin kuat berkat budaya gotong royong yang sudah mengakar dalam masyarakat. Tidak hanya individu, banyak komunitas, organisasi, bahkan perusahaan yang turut serta menyediakan takjil gratis di masjid, jalan raya, atau panti asuhan.
Hikmah dan Keutamaan Berbagi Takjil
Memberikan makanan berbuka adalah salah satu sunnah yang sangat dianjurkan. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Barang siapa yang memberi makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.”(HR. At-Tirmidzi No. 807, Ibnu Majah No. 1746, dan Ahmad 5:192)
Hadis ini menunjukkan bahwa berbagi makanan berbuka dapat mendatangkan pahala setara dengan pahala orang yang berpuasa.
Ramadan adalah bulan penuh keberkahan dan kasih sayang. Dengan berbagi takjil, kita dapat membantu mereka yang membutuhkan serta menumbuhkan rasa empati dalam diri kita.
Berbagi makanan berbuka menciptakan kebersamaan di antara sesama Muslim. Baik dalam lingkungan keluarga, tetangga, maupun komunitas, tradisi ini menciptakan suasana Ramadan yang lebih hangat dan harmonis.
Sedekah memiliki banyak keutamaan dalam Islam, termasuk membuka pintu rezeki dan menghapus dosa-dosa kecil. Dengan berbagi takjil, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga memperoleh keberkahan dari Allah.
Bentuk-Bentuk Berbagi Takjil
Ada banyak cara untuk mengamalkan tradisi berbagi takjil ini, di antaranya:
- Membagikan kurma dan air mineral di masjid atau tempat umum.
- Menyediakan takjil gratis di rumah dan mengundang tetangga berbuka bersama.
- Membagikan takjil di jalanan bagi pekerja, pengendara, dan mereka yang masih dalam perjalanan saat waktu berbuka.
- Bersedekah kepada lembaga sosial yang menyediakan takjil untuk kaum dhuafa dan anak yatim.
Tradisi berbagi takjil bukan hanya sekadar budaya, tetapi juga bagian dari ajaran Islam yang penuh keberkahan. Dengan mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ, kita tidak hanya memperoleh pahala besar, tetapi juga mempererat tali silaturahmi dan menumbuhkan kepedulian sosial.
Ramadan adalah bulan berbagi, maka marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikannya ladang pahala yang terus mengalir. Aamiin.
