Jakarta – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia tengah mengupayakan negosiasi penting dengan pemerintah Amerika Serikat untuk membebaskan tarif impor atas produk garmen asal Indonesia.
Usulan ini menjadi langkah strategis untuk meningkatkan daya saing industri tekstil dalam negeri di pasar global yang sangat kompetitif.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menyampaikan bahwa pihaknya telah bertemu langsung dengan Wakil Presiden National Cotton Council (NCC) Amerika Serikat, Robbie Minnich, untuk menyampaikan gagasan kemitraan dagang yang saling menguntungkan.
Dalam skema yang diusulkan, produk garmen Indonesia yang menggunakan kapas olahan dari AS diharapkan bisa dikenakan tarif rendah, bahkan dibebaskan sepenuhnya dari bea masuk.
“Syukur-syukur bisa 0 persen,” ujar Anindya dalam pernyataan resmi pada Ahad (4/5/2025).
Ia menambahkan bahwa lobi ini juga ditujukan kepada kantor Perwakilan Dagang AS (USTR), agar skema tersebut mendapat dukungan kebijakan dari pihak otoritas perdagangan negeri Paman Sam.
Meski optimistis, Anindya mengakui bahwa tantangan tetap ada, mengingat kapas Amerika juga bersaing dengan komoditas serupa dari Cina dan Brasil.
Namun, ia menilai pertemuan tersebut berlangsung positif dan membuka ruang dialog kebijakan perdagangan yang konstruktif.
“Saya rasa meeting-nya sangat baik. Ini pertemuan yang berdampingan dengan pemerintah dan berfokus kepada kebijakan tarif, yang kami yakin pasti ada solusinya,” katanya.
Kadin berharap, jika skema ini berhasil diterapkan, maka industri garmen dalam negeri akan mengalami lonjakan kinerja. Manfaatnya tidak hanya pada peningkatan ekspor, tetapi juga menjaga keberlangsungan pekerjaan bagi jutaan buruh tekstil di tanah air.
Saat ini, ekspor Indonesia tercatat mencapai sekitar 2 miliar dolar AS per bulan. Dengan insentif tarif yang kompetitif, peluang peningkatan ekspor produk tekstil, alas kaki, hingga elektronik ke pasar AS diyakini akan semakin besar dan lebih seimbang secara neraca perdagangan.
Langkah Kadin ini mencerminkan strategi diplomasi dagang yang berpihak pada industri nasional dan membuka potensi kolaborasi internasional berbasis kebutuhan bersama.