Jakarta – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa partisipasi Indonesia dalam uji klinis vaksin Tuberkulosis (TBC) buatan Gates Foundation bukanlah bentuk eksperimen membabi buta terhadap masyarakat.
Penegasan itu disampaikannya guna merespons kekhawatiran sebagian kalangan mengenai keamanan vaksin yang diuji di Indonesia sejak akhir 2024.
Budi menyatakan bahwa narasi yang menyebut Indonesia dijadikan kelinci percobaan adalah upaya disinformasi yang bisa menghambat kemajuan penanggulangan penyakit menular di Tanah Air.
Menurutnya, informasi tersebut sengaja disebarkan agar masyarakat menolak vaksinasi TBC.
“Ini supaya mengedukasi masyarakat juga, bahwa ini bukan seperti kelinci percobaan. Itu adalah pengaruh yang sengaja disebarluaskan agar orang tidak mau divaksin,” ujarnya dalam siaran pers yang dirilis Sabtu (10/5/2025).
Ia menjelaskan bahwa vaksin TBC M72 telah melalui tahap uji klinis pertama dan kedua yang membuktikan keamanannya.
Tahap ketiga yang sedang dilakukan di Indonesia bertujuan untuk mengevaluasi tingkat efektivitasnya.
“Trial 1 menentukan vaksin ini aman atau tidak — dan itu sudah lewat. Sekarang kita masuk ke trial 3 untuk melihat efektivitasnya. Jadi ini semua saintifik, bukan hoaks atau gosip,” tegasnya.
Sebagai perbandingan, ia menyebut vaksinasi COVID-19 sebagai contoh nyata peran vaksin dalam menurunkan angka kematian.
Ia juga menyinggung narasi hoaks seputar vaksin COVID-19 yang menyebut adanya chip, yang dinilai sangat merugikan masyarakat.
“Covid-19 turun bukan karena pengobatan atau skrining, tapi karena vaksin. Vaksin itu menyelamatkan jutaan nyawa,” lanjutnya.
Budi juga mengungkapkan bahwa uji klinis ini melibatkan lebih dari 2.000 relawan di bawah supervisi peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran.
Ia memastikan seluruh proses dilaksanakan berdasarkan standar ilmiah yang ketat.
Selain itu, partisipasi aktif Indonesia memberikan keuntungan strategis, salah satunya peluang untuk memproduksi vaksin secara lokal melalui Bio Farma.
Menurutnya, jika vaksin ini berhasil, Indonesia akan menjadi negara prioritas dalam produksi dan distribusinya.
“Kita nggak mau kecolongan lagi. Kita pengen aktif supaya vaksinnya juga cocok buat orang Indonesia,” ujarnya, sambil menekankan pentingnya keterlibatan langsung untuk memastikan kesesuaian vaksin secara genetik dengan penduduk Indonesia.
Dengan tingginya angka kematian akibat TBC di Indonesia, yang mencapai 100 ribu kasus per tahun, pemerintah menilai uji klinis ini merupakan langkah penting dalam upaya penyelamatan nyawa secara nasional dan global.