Jakarta – Penurunan cadangan devisa (cadev) Indonesia kembali menjadi sorotan usai Bank Indonesia mengumumkan angka terbaru yang menyusut hingga US$4,6 miliar pada Mei 2025.
Meski terlihat signifikan, penurunan tersebut dinilai tidak membahayakan perekonomian nasional oleh sejumlah ekonom.
Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menegaskan bahwa berkurangnya cadangan devisa merupakan hal yang wajar.
Menurutnya, fungsi utama cadev memang digunakan untuk kebutuhan negara, termasuk pembayaran utang luar negeri dan stabilisasi nilai tukar.
“Berkurangnya cadev tidak perlu dikhawatirkan. Tidak ada dampaknya ke perekonomian. Cadev memang fungsinya untuk digunakan ketika dibutuhkan,” ujar Piter saat dihubungi di Jakarta, Senin (12/5/2025).
Piter menjelaskan bahwa salah satu pemicu penurunan cadev adalah upaya intervensi Bank Indonesia dalam menahan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.
Saat tekanan terhadap Rupiah meningkat, penggunaan cadev untuk intervensi dianggap sebagai langkah strategis yang tepat.
“Di tengah tekanan terhadap Rupiah yang begitu besar, wajar kalau cadev kemudian berkurang,” katanya.
Berdasarkan data Bank Indonesia, posisi cadev pada April 2025 berada di angka US$136,2 miliar, namun tergerus menjadi US$131,6 miliar di bulan Mei. Dengan asumsi kurs Rp16.500 per dolar AS, nilai penurunan tersebut setara hampir Rp75 triliun.
Cadangan devisa sendiri merupakan aset dalam bentuk valas yang berada di bawah kontrol Bank Indonesia sebagai otoritas moneter.
Selain berfungsi untuk menjaga stabilitas nilai tukar, cadangan devisa juga menjadi indikator kepercayaan internasional terhadap perekonomian suatu negara.
BI menyatakan bahwa kondisi cadev saat ini masih memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan nasional.
Namun demikian, sejumlah ekonom mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dalam mengelola anggaran, khususnya pada sektor-sektor yang berpotensi menekan neraca pembayaran.
Langkah efisiensi yang tidak terukur dikhawatirkan akan memperburuk posisi cadev di masa mendatang.
Kondisi global yang masih fluktuatif, terutama terkait suku bunga The Fed dan dinamika geopolitik, juga disebut menjadi faktor eksternal yang memengaruhi kestabilan mata uang dan kebutuhan intervensi di pasar valas.