Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Curug Malela: Niagara Mini di Jantung Hutan Jawa Barat

Kyoto Kerek Tarif Wisata Demi Selamatkan Warisan Budaya

DPRD Kutim Desak Efisiensi Anggaran, Peringatkan Potensi Sanksi

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Jumat, 14 November 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

PKS dan Strategi Politik yang Memukul Balik

Udex MundzirUdex Mundzir28 November 2024 Editorial
Dukungan PKS kepada Ridwan Kamil (.inet)
Dukungan PKS kepada Ridwan Kamil (.inet)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Keputusan politik selalu membawa konsekuensi, tetapi langkah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam dinamika politik 2024 ini menjadi sorotan tajam. Dukungan kepada Ridwan Kamil (RK) di DKI Jakarta justru dianggap melemahkan posisi partai di basis tradisionalnya, Jawa Barat, yang kini berpotensi dikuasai oleh Dedi Mulyadi.

Langkah PKS untuk mengusung RK di Jakarta, menurut banyak pengamat, membuka celah besar bagi lawan politik mereka. Dengan elektabilitas RK yang tinggi di Jawa Barat, keputusan ini seperti “menyingkirkan penghalang” bagi Dedi Mulyadi untuk mendominasi. Sebuah langkah yang di atas kertas terlihat strategis, justru terkesan sebagai blunder politik.

Keputusan ini menjadi lebih kontroversial ketika PKS memilih tetap bertahan di Koalisi Indonesia Maju Plus (KIM Plus), meski hal tersebut bertentangan dengan dukungan awal mereka terhadap Anies Baswedan. Posisi ini memicu pertanyaan, apakah keputusan tersebut murni untuk kepentingan politik jangka panjang, atau hanya demi posisi tertentu di pemerintahan mendatang.

Pada awalnya, prediksi kemenangan pasangan RK-Susilo di Jakarta terlihat kuat. Dengan elektabilitas yang tinggi dan potensi melawan calon independen yang dianggap lemah, peluang RK tampak cerah. Namun, perubahan peta politik setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memungkinkan PDI-P mencalonkan kandidat tanpa koalisi memaksa kalkulasi ulang.

Banyak kader internal PKS sebenarnya mendesak partai untuk menarik diri dari KIM Plus dan kembali mengusung Anies Baswedan bersama Sohibul Iman. Mereka menilai langkah ini lebih sesuai dengan prinsip perjuangan partai. Namun, PKS memilih jalan berbeda, memegang posisi mereka di koalisi dengan harapan mendapatkan keuntungan politik.

Hasilnya? Harapan tersebut kandas. PKS tidak mendapatkan posisi strategis di kabinet Prabowo-Gibran, gagal di DKI Jakarta, dan kehilangan pengaruh signifikan di Jawa Barat. Dominasi politik Dedi Mulyadi di provinsi tersebut kini menjadi ancaman nyata, membuat keputusan PKS terlihat seperti “gol bunuh diri.”

Tak pelak, kritik dari simpatisan hingga pengamat politik pun bermunculan. Komentar tajam dari warganet menggambarkan kekecewaan mereka terhadap langkah politik PKS. Akun @CakKhum, misalnya, menyindir, “Kasihan PKS, menteri tidak dapat, bergabung dengan partai pembegal Anies pun gagal jadi wagub. Akhirnya zonk!” Sementara itu, pengamat politik Rocky Gerung menyebut kekalahan PKS sebagai “hadiah terindah di penghujung tahun.”

Secara strategis, langkah PKS untuk “mendekati kekuasaan” melalui KIM Plus justru berbalik menjadi pukulan yang menggerus kepercayaan basis pemilihnya. Sebuah pelajaran pahit tentang bagaimana kalkulasi politik yang tidak matang bisa membawa dampak destruktif.

Namun, semua belum terlambat. PKS harus segera melakukan evaluasi mendalam, tidak hanya soal strategi politik, tetapi juga tentang konsistensi nilai yang mereka tawarkan kepada publik. Tanpa itu, risiko kehilangan basis pendukung yang lebih luas di masa mendatang semakin besar.

Simpulannya, keputusan PKS dalam dinamika politik nasional 2024 seharusnya menjadi refleksi. Keberanian untuk kembali pada prinsip dan mendengar suara akar rumput adalah solusi paling realistis untuk memulihkan kepercayaan publik. Langkah pragmatis yang mengorbankan identitas jangka panjang, seperti yang baru-baru ini terjadi, hanya akan menjadi catatan kelam dalam sejarah perjalanan partai.

Pilkada Jabar 2024 Pilkada Jakarta 2024 Politik PKS Ridan Kamil
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticleHarga Tiket Pesawat Turun, Kado Manis Nataru dari Pemerintah
Next Article Refleksi Kemenangan dan Kekalahan dalam Pilkada 2024

Informasi lainnya

Menguji Gelar Pahlawan Soeharto

13 November 2025

Insentif MBG: Jangan Alihkan Beban

2 November 2025

Kehadiran Prabowo di Kongres Projo, Akan Menegaskan Dirinya “Termul”

1 November 2025

Sentralisasi Berkedok Nasionalisme

31 Oktober 2025

Siapa Kenyang dari Proyek Makan Bergizi?

27 Oktober 2025

Larangan Baju Bekas: Tegas Boleh, Serampangan Jangan

27 Oktober 2025
Paling Sering Dibaca

Jangan Lempar Beban ke Rakyat

Editorial Udex Mundzir

Coba Vaksin? Wakil Rakyat Dulu!

Editorial Udex Mundzir

Raqsat al-Batriq, Tarian Pinguin yang Bikin Pesta Makin Meriah

Happy Ericka

Langkah Skuad Muda yang Tertatih

Opini Assyifa

Cara Memilih Hewan Qurban, Jenis, Usia, dan Kesehatan yang Harus Diperhatikan

Islami Udex Mundzir
Berita Lainnya
Hukum
Alwi Ahmad20 September 2023

Antusias Siswa SMPN 3 Samarinda Ikuti Jaksa Masuk Sekolah

Fenomena Clipper, Profesi Baru yang Bikin Sarjana Geleng Kepala

Universitas Cipasung Tasikmalaya Cetak Guru Inovatif Lewat STEAM

Minat Masyarakat Positif, Okupansi Kereta Cepat Whoosh Stabil

APBD Kutim Turun Drastis, Pemkab Upayakan TPP ASN Tetap Aman

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.