Jakarta – Di tengah tantangan ketimpangan distribusi ekonomi, Rosan Roeslani menegaskan bahwa Danantara Indonesia hadir sebagai mesin pendorong transformasi investasi dan industrialisasi nasional. Dalam seminar “Entrepreneurial Leadership in Action” yang digelar di Auditorium Benny Subianto, Universitas Paramadina, Jumat (13/6/2025), Rosan menyampaikan strategi besar Danantara dalam menopang pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Acara hybrid tersebut menyoroti posisi Danantara sebagai cerminan visi Presiden RI dalam memperkuat struktur ekonomi melalui holding investasi. Rosan, sebagai CEO BPI Danantara, mengulas struktur internal entitas ini, yang terdiri dari Holding Operasional (HO) untuk pengelolaan aset BUMN dan Holding Investasi (HI) untuk ekspansi investasi. Ia menegaskan pentingnya tata kelola yang mengacu pada prinsip ESG, kinerja keuangan, serta kemajuan teknologi.
“Menjadi Sovereign Wealth Fund terbaik di dunia dengan kontribusi nyata terhadap perekonomian Indonesia melalui penciptaan lapangan kerja,” ujar Rosan saat menjelaskan peran Danantara sebagai SWF.
Ia menyebut bahwa program industrialisasi daerah, seperti investasi sektor nikel di Sulawesi dan gas di Aceh, dirancang untuk menciptakan lapangan kerja secara massif. Strategi ini juga diyakini mampu meredam dampak gelombang pemutusan hubungan kerja yang menghantam sektor tradisional.
Menanggapi pertanyaan peserta seminar mengenai pendidikan dan kesehatan, Rosan menyatakan Danantara akan fokus pada penyusunan ulang portofolio BUMN. Hanya unit strategis yang akan dikembangkan, demi menciptakan efek berganda bagi masyarakat.
“Penataan ini akan membantu kanal edukasi, pelatihan, dan kesehatan bagi masyarakat di sekitar proyek. Kami juga akan mengukur kinerja investasi berdasarkan dampak sosial, bukan semata profit,” jelasnya.
Rosan menekankan bahwa gejolak sosial seperti PHK bukan kegagalan, melainkan peluang untuk mempercepat reformasi. Danantara menerapkan kolaborasi antara BUMN, swasta, dan daerah untuk pembangunan fasilitas publik seperti klinik dan pusat pelatihan vokasi.
Meski ekonomi nasional tumbuh 5 persen, Rosan menyebut bahwa ketimpangan pendapatan masih jadi persoalan mendasar. Untuk itu, Danantara menekankan investasi yang menyentuh lapisan masyarakat bawah, bukan hanya proyek-proyek besar.
PLN juga masuk dalam rencana strategis. Dari entitas merugi, PLN akan diubah menjadi penghubung transisi energi berkelanjutan, terutama melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
Rosan merinci dua pilar besar Danantara: optimalisasi aset negara melalui holding BUMN dan mobilisasi dana global lewat skema SWF. Ia berharap pendekatan ini dapat mendorong transformasi industri dan sosial secara berkesinambungan.
Seminar ini, yang dimoderatori Wijayanto Samirin, disambut antusias oleh kalangan akademisi dan pelaku usaha. Diskusi lanjutan dijadwalkan berlangsung Juli mendatang, dengan agenda khusus pelaksanaan program daerah.
