Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

Lepaskan Ketegangan, Raih Kedamaian

Firnadi Ikhsan Serap Aspirasi Tiga Delegasi di Hari Aspirasi PKS Kaltim

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Jumat, 24 Oktober 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

Makan Siang Gratis, Solusi Nutrisi?

Program makan siang gratis di sekolah menghadapi tantangan lingkungan dan keadilan menu.
Lina MarlinaLina Marlina12 Januari 2025 Opini
Program makan siang gratis di sekolah
Makan siang gratis di sekolah (.inet)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Makan siang gratis kini menjadi simbol upaya pemerintah memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang cukup di sekolah. Namun, di balik niat baik ini, muncul tantangan yang memerlukan perhatian serius, mulai dari pengelolaan limbah hingga keberagaman budaya kuliner. Apakah program ini benar-benar solusi ideal, atau justru menambah masalah baru?

Program ini telah diterapkan di berbagai negara dengan cerita sukses dan tantangan masing-masing. Swedia, misalnya, memulai program makan siang gratis sejak 1940-an sebagai bagian dari pemulihan kesehatan pasca perang. Dengan dukungan penuh pemerintah, Swedia sukses menjaga kualitas gizi sekaligus mengurangi limbah makanan. Di sisi lain, Amerika Serikat, melalui National School Lunch Act tahun 1946, menghadapi kritik atas kualitas makanan, namun terus berinovasi untuk memperbaiki mutu dan keberlanjutan program.

Ini Masalahnya di Indonesia

Indonesia, sebagai negara dengan tingkat stunting yang masih tinggi, melihat program makan siang gratis sebagai peluang besar. Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2022.

Meski menunjukkan penurunan, angka ini masih jauh dari target pemerintah, yaitu 14% pada 2024. Dengan tingkat stunting yang signifikan, makan siang gratis dapat menjadi salah satu solusi strategis.

Namun, pelaksanaannya menghadapi berbagai tantangan:

1. Limbah Plastik dan Lingkungan

Mayoritas makanan di Indonesia dikemas menggunakan plastik sekali pakai atau styrofoam. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah ini akan menciptakan masalah baru bagi lingkungan.

Solusinya adalah beralih ke wadah makanan yang dapat digunakan kembali, sambil mendorong pengelolaan sisa makanan menjadi kompos untuk mendukung keberlanjutan.

2. Keberagaman Kuliner dan Keadilan Menu

Indonesia adalah negara dengan budaya kuliner yang beragam. Menyamakan menu tanpa memperhatikan selera lokal dapat memicu ketidakpuasan. Contohnya, anak-anak di Papua mungkin lebih menyukai makanan berbahan dasar sagu dibandingkan nasi.

Pendekatan berbasis komunitas, seperti di India, di mana makanan dimasak oleh masyarakat lokal, dapat membantu memastikan keberagaman dan rasa sesuai budaya setempat.

3. Food Waste dan Porsi Anak
Selama beberapa hari berjalannya program MBG, banyak anak-anak tidak menghabiskan makanan mereka, terutama jika porsinya terlalu besar atau rasanya kurang cocok. Program ini perlu diiringi edukasi kepada siswa tentang pentingnya mengambil porsi secukupnya.

Selain itu, sisa makanan dapat dikelola dengan mengolahnya menjadi kompos, yang juga bermanfaat bagi lingkungan.

4. Budaya “Dibungkus” dan Kritik Rasa

Dalam budaya Indonesia, kebiasaan membawa makanan untuk keluarga di rumah cukup umum. Program makan siang gratis harus mempertimbangkan fleksibilitas ini, misalnya dengan menyediakan opsi untuk membawa pulang makanan.

Selain itu, rasa makanan massal sering mendapat kritik karena dianggap kurang sedap. Melibatkan komunitas lokal untuk memasak dapat meningkatkan kualitas rasa sekaligus mendukung perekonomian setempat.

Pelajaran dari Negara Lain

Swedia menunjukkan memberi contoh dukungan penuh pemerintah dan edukasi siswa dalam mengurangi limbah makanan. Sementara itu, India berhasil melibatkan komunitas lokal dalam proses memasak dan distribusi makanan, yang tidak hanya meningkatkan rasa makanan, tetapi juga memberdayakan ekonomi masyarakat.

Langkah-langkah yang Diperlukan

Agar program makan siang gratis di Indonesia berhasil, beberapa langkah strategis perlu diambil:

  1. Fokus pada Nutrisi: Menu harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi anak di berbagai jenjang usia.
  2. Pengelolaan Limbah: Gunakan wadah makanan yang ramah lingkungan dan dorong pengolahan limbah makanan menjadi kompos.
  3. Keberagaman Menu: Libatkan komunitas lokal untuk memastikan menu sesuai dengan budaya dan selera setempat.
  4. Edukasi Anak: Ajarkan anak pentingnya menghabiskan makanan dan mengambil porsi secukupnya untuk mengurangi pemborosan.

Program makan siang gratis bukan sekadar upaya mengatasi masalah gizi, tetapi juga langkah untuk menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan peduli lingkungan. Dengan pendekatan yang tepat, program ini dapat menjadi investasi besar bagi masa depan Indonesia. Dukungan dari pemerintah, masyarakat, dan pihak sekolah sangat diperlukan untuk mewujudkannya. Mari mulai langkah kecil ini demi generasi yang lebih baik.

Isu Lingkungan Indonesia Keberlanjutan Pendidikan Kebijakan Sekolah Program Makan Bergizi Gratis Solusi Gizi Anak
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticleDinas Kesehatan Jakarta Catat 79 Kasus Virus HMPV Selama 2025
Next Article Kiai Cholil: Pendidikan Agama Diperkuat Selama Ramadan

Informasi lainnya

Cuaca Panas? Inilah Tanaman yang Bisa Menyejukan Rumah

21 Oktober 2025

Mengemudi Visi, Bukan Hanya Mobil Listrik

21 Juni 2025

Titik Berat Indonesia dalam Konflik Timur Tengah

21 Juni 2025

Bela Negara Bukan Membungkam Kritik

13 Juni 2025

KDM, Calon Diktator yang Terlihat Merakyat

1 Mei 2025

Vasektomi Bukan Jawaban Kemiskinan

1 Mei 2025
Paling Sering Dibaca

Mengapa Sandal dan Sepatu Harus Diparkir dengan Rapi?

Daily Tips Assyifa

Madinah Menjadi Tempat Percetakan Alquran Terbesar di Dunia

Islami Alfi Salamah

Wae Rebo, Desa di Atas Awan yang Menyimpan Pesona Budaya dan Alam

Travel Alfi Salamah

Demokrasi Tak Boleh Kalah Oleh Lumpur

Editorial Udex Mundzir

Poligami dalam Islam: Syarat, Larangan, dan Langkah Persiapan

Islami Udex Mundzir
Berita Lainnya
Kesehatan
Alfi Salamah23 Oktober 2025

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

Firnadi Ikhsan Serap Aspirasi Tiga Delegasi di Hari Aspirasi PKS Kaltim

Kasus Radiasi Cikande Masuk Tahap Penyidikan, PT PMT Dianggap Lalai

Trump Resmikan Fase Dua Kesepakatan Gencatan Gaza

Menkeu Purbaya Pertimbangkan Pemangkasan PPN Tahun 2026

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.