Lingkungan sosial punya peran besar terhadap kesehatan mental seseorang. Kita bisa merasa tenang, berkembang, dan bahagia saat berada di sekitar orang-orang yang suportif. Namun, sebaliknya, kita bisa merasa stres, rendah diri, dan kehilangan arah saat terus berinteraksi dengan orang-orang yang bersikap toksik.
Dalam psikologi, istilah toxic person merujuk pada individu yang memiliki pola perilaku negatif yang merugikan orang lain secara emosional, mental, atau bahkan fisik. Mengenali tipe-tipe toxic person sangat penting agar kita bisa menjaga batasan yang sehat dan tidak terjebak dalam hubungan yang melelahkan secara emosional.
Berikut adalah enam tipe toxic person yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
1. The Controller: Suka Mengatur Semua Orang
Tipe ini cenderung ingin selalu mengontrol orang lain. Ia merasa bahwa hanya dirinya yang tahu cara terbaik untuk melakukan sesuatu. Orang seperti ini akan terus memberi arahan, bahkan saat tidak diminta. Mereka juga sulit menerima perbedaan pendapat dan sering kali memaksakan kehendak.
Akibatnya, orang di sekitarnya merasa terkekang, tidak dihargai, dan kehilangan kendali atas hidupnya sendiri. The Controller sering kali menggunakan rasa bersalah atau ancaman emosional untuk mempertahankan kontrolnya.
2. The Narcissist: Hanya Peduli pada Diri Sendiri
Tipe ini hanya fokus pada dirinya sendiri. Mereka kurang memiliki empati, tidak bisa menempatkan diri dalam posisi orang lain, dan cenderung memanfaatkan orang di sekitarnya untuk mencapai tujuannya. Orang narsistik juga merasa dirinya paling hebat dan sulit menerima kritik.
Berinteraksi dengan The Narcissist dalam jangka panjang bisa membuat seseorang merasa diabaikan, tidak cukup baik, atau bahkan dimanfaatkan tanpa disadari.
3. The Energy Vampire: Penguras Energi Emosional
Orang dengan tipe ini suka mengkritik, menyindir, dan menyebarkan energi negatif. Mereka senang memicu konflik, sering menjadi sumber drama, dan hobi mengomentari kehidupan orang lain secara negatif. Keberadaan mereka sering membuat suasana menjadi tegang.
The Energy Vampire juga suka bully secara verbal dan tidak segan menjatuhkan orang lain demi merasa unggul. Jika kamu merasa lelah secara emosional setelah berinteraksi dengan seseorang, bisa jadi dia termasuk dalam tipe ini.
4. The Drama Magnet: Suka Memperbesar Masalah
Tipe ini senang membesar-besarkan hal kecil. Apa pun yang terjadi selalu dianggap luar biasa dan dramatis. Mereka sering mengeluh, mencari perhatian, dan menciptakan konflik agar menjadi pusat perhatian. Mereka juga kerap bergosip dan menyebarkan cerita tanpa fakta yang jelas.
Berada di dekat The Drama Magnet bisa membuat kita ikut terjebak dalam siklus negatif, stres karena hal-hal sepele, dan kehilangan fokus pada hal-hal penting.
5. The Green Eyed: Penuh Iri dan Tidak Ingin Orang Lain Bahagia
Tipe ini dikenal juga sebagai the jealous type. Mereka tidak suka melihat orang lain bahagia atau sukses. Bahkan saat tidak ada masalah, mereka bisa mencari-cari kesalahan atau menciptakan konflik agar orang lain jatuh. Mereka juga sering playing victim dan menyalahkan orang lain atas kegagalannya.
Berinteraksi dengan orang seperti ini bisa merusak rasa percaya diri dan hubungan sosial kita. Kita jadi merasa bersalah atas kebahagiaan sendiri karena ada pihak yang terus menyindir atau meremehkan.
6. The Compulsive Liar: Pembohong dan Manipulatif
Tipe ini sering kali memutarbalikkan fakta. Mereka bisa berbohong tanpa beban, bahkan untuk hal kecil yang tidak perlu dibohongi. Lebih dari itu, mereka kerap memanipulasi kebaikan orang lain untuk keuntungan pribadi, membuat orang lain merasa bersalah, dan menghindari tanggung jawab dengan cara menyalahkan orang lain.
Berada di dekat The Compulsive Liar sangat berisiko secara emosional karena kita tidak pernah tahu mana yang jujur dan mana yang rekayasa. Ini bisa membuat hubungan menjadi tidak sehat dan penuh ketidakpercayaan.
Bagaimana Menyikapinya?
Mengenali tipe toxic person adalah langkah pertama. Setelah itu, penting untuk menetapkan batasan. Kamu tidak harus memutus hubungan sepenuhnya, tetapi cukup menjaga jarak agar tidak terpengaruh secara emosional. Fokuslah pada hubungan yang sehat, di mana ada saling dukung, empati, dan kejujuran.
Jika toxic person itu adalah orang terdekat seperti keluarga atau rekan kerja, carilah cara komunikatif yang bijak. Bila perlu, libatkan pihak ketiga seperti psikolog untuk membantu menyelesaikan konflik secara sehat.
Kesehatan mental adalah tanggung jawab pribadi. Lingkungan yang penuh tekanan dan interaksi yang tidak sehat bisa menjadi akar banyak masalah emosional. Maka, mengenali dan menghindari tipe-tipe toxic person adalah bentuk perlindungan diri agar kamu bisa tumbuh dan menjalani hidup dengan lebih damai.