Medan – Seperti gelombang yang datang tanpa henti, kabar duka dari Sumatra kembali menghanyutkan ketenangan publik. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis angka terbaru korban jiwa dalam bencana banjir dan longsor yang melanda tiga provinsi, memperlihatkan betapa dahsyatnya dampak cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa total korban meninggal mencapai 303 orang, berdasarkan laporan hingga Ahad (30/11/2025).
Korban tersebar di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, sementara ratusan lainnya masih dalam proses pencarian. Abdul Muhari menyampaikan data ini dalam program Sapa Indonesia Pagi KompasTV.
“Untuk jumlah korban, secara total itu 303 jiwa meninggal dunia,” ujar Abdul Muhari, menegaskan skala bencana yang begitu besar yang menimpa beberapa wilayah secara bersamaan.
Ia memerinci, 47 korban jiwa berasal dari Aceh, sedangkan 166 orang meninggal dunia di Sumatra Utara. Sementara itu, masih terdapat 143 orang yang belum ditemukan dan masuk dalam daftar pencarian.
Pada bagian lain, Abdul Muhari menjelaskan kondisi di Sumatra Barat yang mengalami penambahan korban setelah banjir dan longsor atau galodo menurut sebutan masyarakat setempat menerjang kawasan di kaki Gunung Singgalang, Kabupaten Agam. Peristiwa itu menewaskan 74 warga, sementara 78 orang lainnya belum ditemukan.
“Jika digabung dengan kejadian sebelumnya di Padang dan Padang Pariaman, total korban meninggal di Sumbar menjadi 90 jiwa dan 85 lainnya masih dalam pencarian,” jelasnya, menegaskan bahwa kondisi di provinsi tersebut masih memerlukan operasi SAR yang intensif.
Selain korban jiwa, BNPB mencatat jumlah warga yang mengungsi hampir 50 ribu orang. Mereka tersebar di pos resmi maupun tempat pengungsian mandiri yang saat ini masih didata. Banyak di antara mereka kehilangan rumah, akses jalan, dan mata pencaharian akibat bencana yang terjadi beruntun sejak sepekan terakhir.
“Sedangkan yang mengungsi di pos-pos yang dikelola pemerintah daerah, lengkap dengan dapur umum dan tenda, itu total sekitar 50 ribu jiwa,” imbuh Abdul Muhari, menggambarkan skala besar pengungsian yang membutuhkan dukungan logistik.
Meski cuaca mulai membaik, BNPB menegaskan bahwa proses pendataan akan terus diperbarui seiring sejumlah warga kembali ke rumah mereka untuk membersihkan material lumpur dan puing yang tersisa. Namun, proses pencarian dan pertolongan tetap menjadi prioritas karena situasi di lapangan masih dinamis, terutama di wilayah yang aksesnya sempat terputus.
Dengan jumlah korban yang terus diperbarui, bencana ini kembali mengingatkan publik tentang pentingnya mitigasi bencana jangka panjang dan kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan.
