Kabupaten Tangerang – Isu gagal panen ladang jagung yang sempat ramai diperbincangkan publik ibarat bara dalam sekam. Di tengah sorotan tajam, Kapolresta Tangerang Kombes Pol Andi Muhammad Indra Waspada menepis anggapan tersebut dengan nada tegas, menyebut bahwa kondisi ladang jagung di Desa Bantarpanjang, Kecamatan Tigaraksa, belum dapat dikategorikan sebagai kegagalan.
Ladang yang sebelumnya diresmikan oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pada Oktober 2025 itu, menurutnya, masih berada dalam fase evaluasi teknis.
Penegasan itu disampaikan Indra pada Selasa (30/12/2025) sebagai respons atas beredarnya informasi yang menyebut program ketahanan pangan tersebut tidak membuahkan hasil.
Ia menjelaskan, program budidaya jagung yang digagas sebagai bagian dari dukungan terhadap ketahanan pangan nasional masih terus berjalan, dipantau, dan dievaluasi secara berkala.
Dengan kata lain, kondisi tanaman yang tampak belum optimal saat ini belum bisa dijadikan tolok ukur keberhasilan atau kegagalan program secara keseluruhan.
“Program budidaya jagung ini masih terus berjalan dan dimonitor. Kondisi yang terlihat saat ini bukan indikator berhentinya atau gagalnya program,” ujar Indra dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan.
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa evaluasi menjadi bagian tak terpisahkan dari proses, terutama pada tahap awal penanaman.
Ia memaparkan, pertumbuhan jagung pada fase awal memang belum menunjukkan hasil maksimal. Faktor utama yang memengaruhi kondisi tersebut adalah karakteristik lahan di Bantarpanjang yang didominasi tanah merah kekuningan dengan unsur hara terbatas.
Lapisan tanah atas yang tipis serta keberadaan batuan padas membuat tanaman membutuhkan perlakuan khusus agar dapat tumbuh seragam.
Selain kondisi lahan, curah hujan yang tinggi dalam beberapa waktu terakhir turut memberi dampak signifikan. Hujan lebat memicu erosi tanah sehingga sebagian unsur hara dan pupuk yang telah diaplikasikan hanyut terbawa air.
Akibatnya, pertumbuhan tanaman menjadi tidak merata. Sebagian jagung tumbuh lebih pendek dengan ukuran tongkol yang masih kecil dan belum seragam.
“Kondisi tersebut menyebabkan pertumbuhan tanaman belum seragam. Sebagian tanaman tumbuh lebih pendek, dengan ukuran tongkol yang masih relatif kecil dan tidak merata,” lanjut Indra. Ia menilai, situasi ini merupakan tantangan teknis yang lazim dijumpai dalam budidaya pertanian lahan terbuka dan justru menjadi bahan evaluasi penting untuk perbaikan ke depan.
Program tanam jagung ini sendiri merupakan hasil kolaborasi antara Polda Banten, Polresta Tangerang, dan PT MSD Corpora Internasional. Total areal yang disiapkan mencapai sekitar 50 hektare, dengan luas tanam aktif sekitar 20 hektare yang terbagi dalam tiga blok utama. Skema tersebut dirancang sebagai program jangka menengah hingga panjang agar hasilnya dapat lebih optimal dan berkelanjutan.
Pantauan di lapangan menunjukkan kondisi tanaman yang bervariasi. Di bagian depan ladang, sejumlah jagung telah berbuah dengan tinggi sekitar satu meter dan sebagian mulai menguning. Namun, di area belakang, banyak tanaman tumbuh lebih pendek, sebagian roboh, dan rumput liar tampak mendominasi.
Sejumlah warga sekitar bahkan memanfaatkan lokasi tersebut untuk mencari pakan ternak, menandakan aktivitas penjagaan yang mulai berkurang.
Meski demikian, pihak kepolisian menekankan bahwa evaluasi akan terus dilakukan agar program ketahanan pangan ini dapat mencapai tujuan awalnya.
Dengan perbaikan teknis dan pengelolaan yang lebih matang, ladang jagung Bantarpanjang diharapkan mampu memberi kontribusi nyata bagi ketahanan pangan nasional di masa mendatang.
