Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

Lepaskan Ketegangan, Raih Kedamaian

Firnadi Ikhsan Serap Aspirasi Tiga Delegasi di Hari Aspirasi PKS Kaltim

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Jumat, 24 Oktober 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

Babi di Pulau Bulan, Batam Terdampak Wabah Demam Babi Afrika

Virus ASF merupakan virus yang mudah menyebar, dan penyebaran dari virus tersebut melalui perantara orang, barang, dan hewan.
Dexpert CorpDexpert Corp9 Mei 2023 Kesehatan
peternakan babi di batam
Peternakan babi di Batam (Dok. Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Batam – I Ketut Hari Suyasa, sebagai Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali, mengungkapkan rasa kagetnya ketika mengetahui bahwa peternakan babi di Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau, yang seharusnya merupakan peternakan terkoloni dengan sistem pengawasan biosecurity yang ketat dan baik, tetap terdampak oleh wabah demam babi Afrika (African Swine Fever).

“Yang membuat kita agak sedikit kaget ya, kenapa kemudian Pulau Bulan yang notabene adalah peternakan yang terkoloni, terus saya percaya pengawasan terhadap biosecurity-nya juga ketat, sehingga kita kaget kenapa Pulau Bulan bisa terkontaminasi virus ASF,” ungkap I Ketut Hari Suyasa kepada CNBC Indonesia, Selasa (9/5/2023).

Menurutnya, ada beberapa hal yang menyebabkan babi-babi di Pulau Bulan bisa terjangkit virus mematikan tersebut. Pertama, virus ASF merupakan virus yang mudah menyebar, dan penyebaran dari virus tersebut melalui perantara orang, barang, dan hewan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Notabene virus (ASF) itu gak ada obat, gak ada vaksinnya, mortalitas-nya 100%, daya bunuhnya 100%, kecepatan sebarannya juga 100%,” ungkap Hari.

Hari memberikan contoh, penyebaran virus bisa terjadi melalui perantara lintas orang yang masuk ke kandang dan tidak terkontrol dengan baik, armada yang mengangkut babi, alat tangkap yang digunakan, hingga bahan baku makanan ternak yang masuk ke wilayah Pulau Bulan berasal dari wilayah yang terkontaminasi virus ASF.

Selain itu, Hari menjelaskan, virus ASF juga bisa menyebar dari cara penguburan bangkai babi terjangkit virus ASF tidak sesuai protokol kesehatan yang benar.

“Maka (bangkai babi terjangkit virus) akan menjadi biang kehancuran untuk seterusnya, karena virus itu hidup di tiga hal, yaitu dingin, basah, dan gelap,” ujar Hari.

“Kalau babi yang sudah terkontaminasi virus ASF kemudian ditanam begitu saja, maka di tanah yang dingin, di tanah yang lembab, dan di tanah gelap, virus itu akan hidup. Setiap peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau, virus itu akan menyerang lagi. ini berbahayanya,” terangnya.

Maka, penanganan bangkai babi, menurut dia, menjadi hal yang sangat penting jika wilayah tersebut ke depannya masih ingin beternak babi lagi.

Sistem Sub-Kompartemen Peluang untuk Buka Kembali Ekspor Ternak Babi ke Singapura

Sementara itu, Nuryani Zainuddin, Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian selaku Otoritas Veteriner Nasional Indonesia menyampaikan, pihaknya telah bergerak cepat mengirimkan tim investigasi ke peternakan babi di Pulau Bulan dan menindaklanjuti adanya temuan kasus ASF di Pulau Bulan tersebut.

“Tim investigasi ke Pulau Bulan, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau mulai kami turunkan mulai tanggal 24 April hingga 28 April 2023,” kata Nuryani dalam keterangan resminya, seperti dikutip, Selasa (9/5/2023).

Tim Investigasi yang terdiri dari staf Direktorat Kesehatan Hewan, Balai Veteriner Bukittinggi, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) serta Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Tanjung Pinang melakukan koordinasi dengan perusahaan yang diikuti dengan investigasi dan pengambilan sampel.

“Dari hasil Laboratorium Veteriner Kementan di Bukittinggi mengkonfirmasi memang ditemukan adanya kasus ASF di salah satu perusahaan peternakan yang berdampak terhadap penutupan impor babi hidup dari Pulau Bulan ke Singapura,” ungkap Nuryani.

“Tim kami saat ini juga terus berkoordinasi dengan Otoritas Veteriner Provinsi Kepri dan telah dilakukan pembatasan lalu lintas babi hidup dan produknya dari Pulau Bulan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu juga dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan depopulasi, disposal dan disinfeksi,” imbuhnya.

Lebih lanjut Nuryani menegaskan, Kementerian Pertanian sebenarnya telah mengantisipasi kemungkinan kejadian kasus ASF di Pulau Bulan tersebut dengan penetapan peternakan menjadi Kompartemen Bebas ASF.

“Kita telah melakukan pendampingan dan penilaian terkait implementasi biosekuriti dan manajemen kesehatan hewan di Pulau Bulan, sehingga kemudian status kompartemen bebas ASF kita berikan,” kata Nuryani.

Nuryani menjelaskan, Kementan bahkan telah menyetujui adanya 22 unit di dalam peternakan di Pulau Bulan sebagai sub-kompartemen bebas ASF, sehingga apabila ada salah satu unit perusahaan terkena ASF, unit lain yang tidak terkena masih dapat melanjutkan ekspor ke Singapura.

“Kami juga telah berkoordinasi dengan unit perusahaan yang terkena tersebut untuk lebih meningkatkan penerapan biosekuriti dan rencana kontinjensi saat ada kasus sebelum mengajukan kembali sebagai kompartemen bebas ASF, serta melakukan Tindakan Mitigasi dan Linimasa Ekspor,” ungkap Nuryani.

Menurutnya, perusahaan tersebut sangat koperatif dan telah menindaklanjuti dengan menerapkan kontingensi plans (rencana kontingensi) yaitu melakukan culling pada unit produksi, melakukan proses pembersihan dan desinfeksi pada unit yang telah selesai dilakukan culling sesuai Standar Operasional Prosedur Kompartemen.

“Kita upayakan dengan penerapan sistem sub-kompartemen bebas ASF, maka Indonesia bisa lebih mudah terbebas dari virus ini,” pungkasnya.

Babi Babi di Batam Kementan RI virus ASF
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticlePertamina dan Petronas Merger untuk Akuisisi Saham Shell di Blok Masela
Next Article Pengenaan Pajak Ekspor Komoditas Nikel Masih Dibahas

Informasi lainnya

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

23 Oktober 2025

Komisi IX DPR Desak BPOM dan Aparat Tindak Vape Zombie

12 Agustus 2025

Meluruskan Konsep Self Love, Cinta Diri yang Sehat dan Seimbang

7 Agustus 2025

Ini Waktu Terbaik Minum Air agar Tubuh Tetap Sehat

7 Agustus 2025

Jalan Kaki Sehat, Tubuh jadi Kuat

6 Agustus 2025

Sarapan Sehat, Hidup Lebih Kuat

6 Agustus 2025
Paling Sering Dibaca

Memahami Kuasa Pengampunan Negara

Gagasan Ericka

Selain 8 dan 20 Rakaat, Ini Ada Jumlah Rakaat Shalat Tarawih

Islami Ericka

Provokator di Balik Api Jalanan

Editorial Udex Mundzir

DeepSeek AI: Alternatif AI Murah dari Cina yang Saingi ChatGPT

Techno Assyifa

Rahasia Puasa Dzulhijjah dan Keutamaannya

Islami Udex Mundzir
Berita Lainnya
Kesehatan
Alfi Salamah23 Oktober 2025

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

Firnadi Ikhsan Serap Aspirasi Tiga Delegasi di Hari Aspirasi PKS Kaltim

Kasus Radiasi Cikande Masuk Tahap Penyidikan, PT PMT Dianggap Lalai

Trump Resmikan Fase Dua Kesepakatan Gencatan Gaza

Menkeu Purbaya Pertimbangkan Pemangkasan PPN Tahun 2026

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.