Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

Lepaskan Ketegangan, Raih Kedamaian

Firnadi Ikhsan Serap Aspirasi Tiga Delegasi di Hari Aspirasi PKS Kaltim

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Jumat, 24 Oktober 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

Bayang-Bayang Dwifungsi

Revisi UU TNI membuka kembali pintu bagi dominasi militer dalam ranah sipil, menghidupkan kembali trauma yang seharusnya sudah menjadi sejarah.
Udex MundzirUdex Mundzir16 Maret 2025 Editorial
Tentara Nasional Indonesia (TNI)
Tentara Nasional Indonesia (TNI) (.inet)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Demokrasi adalah soal keseimbangan. Revisi UU TNI berisiko mengganggu keseimbangan itu. Salah satu poin krusial adalah perluasan peran militer aktif dalam jabatan sipil. Jika diterapkan, kebijakan ini bisa mengembalikan Dwifungsi ABRI.

Konsep ini pernah mendominasi pemerintahan Orde Baru. Dampaknya buruk bagi hak asasi manusia dan demokrasi. Reformasi 1998 telah memisahkan militer dari urusan sipil. UU TNI 2004 dibuat untuk memastikan hal ini. Namun, kini pemerintah justru ingin merevisinya.

Saat ini, ada 2.569 prajurit aktif yang menduduki jabatan sipil. Jika revisi ini disahkan, jumlahnya akan meningkat drastis. Mereka bisa ditempatkan di 16 kementerian dan lembaga. Beberapa di antaranya adalah Kejaksaan Agung dan BNPT.

Revisi ini juga memperpanjang usia pensiun perwira menjadi 60 tahun. Ini bisa menambah kepadatan struktur TNI. Regenerasi di tubuh militer juga bisa terhambat. Ini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga berisiko mengulang kesalahan sejarah.

Dwifungsi ABRI di masa lalu menciptakan dominasi militer dalam pemerintahan. Mereka memegang kendali di banyak sektor. Mulai dari politik, hukum, ekonomi, hingga sosial. Konsekuensinya, demokrasi melemah dan korupsi merajalela.

Kini, kekhawatiran itu kembali muncul. Penempatan TNI di Kejaksaan Agung bisa mengganggu independensi hukum. Keterlibatan mereka di lembaga sipil bisa mengaburkan batas kekuasaan. Jika ini terjadi, supremasi sipil akan melemah.

Perubahan lain dalam revisi ini juga berbahaya. Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang menjadi tugas TNI akan bertambah dari 14 menjadi 17. Salah satu tugas baru TNI adalah menangani masalah narkoba. Ini bisa tumpang-tindih dengan tugas Polri.TNI juga akan terlibat dalam keamanan siber.

Ini berarti mereka akan memiliki peran dalam mengawasi dunia digital. Tanpa regulasi yang jelas, ini bisa berpotensi membatasi kebebasan berekspresi. Pengawasan siber seharusnya tetap berada di bawah lembaga sipil.

Selain itu, anggaran pertahanan bisa semakin terbebani. Perpanjangan usia pensiun butuh tambahan anggaran besar. Setidaknya Rp120 miliar per tahun hanya untuk gaji pokok perwira yang masa dinasnya diperpanjang. Ini belum termasuk tunjangan dan fasilitas lainnya.

Jika dana tersedot untuk gaji, modernisasi alutsista bisa terhambat. Padahal, Indonesia masih tertinggal dalam pengadaan teknologi pertahanan. Banyak alat utama sistem senjata (alutsista) yang sudah usang dan butuh pembaruan segera.

Di sisi lain, pembahasan revisi ini dilakukan dengan tergesa-gesa. DPR menargetkan revisi selesai sebelum masa reses. Rapat dilakukan tertutup di hotel mewah. Masyarakat sipil memprotes keras kurangnya transparansi dalam proses ini.

Partisipasi publik seharusnya menjadi prioritas. Isu sebesar ini menyangkut masa depan demokrasi. Jika revisi ini disahkan tanpa perdebatan yang matang, dampaknya bisa jangka panjang. Reformasi yang telah diperjuangkan selama 25 tahun bisa terancam.

Demokrasi harus dijaga. Reformasi adalah hasil perjuangan panjang. Jika revisi ini disahkan, kita harus bertanya: Apakah kita sedang maju, atau justru mundur ke masa kelam?

Demokrasi Indonesia Dwifungsi ABRI Hak Asasi Manusia Militerisme Revisi UU TNI
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticleBupati Kukar Resmikan Tempat Ibadah dan Kantor Desa di Loa Kulu
Next Article Hukum yang Dikebut, Rakyat yang Terjebak

Informasi lainnya

Waspadai, Purbaya Anak Buah Luhut

9 September 2025

Bersih-Bersih Kabinet Prabowo Dimulai

9 September 2025

Orde Baru Jauh Lebih Baik

8 September 2025

Jokowi, Mengapa Masih Ikut Campur?

4 September 2025

Mengakhiri Bayang Jokowi

4 September 2025

Selamat Tinggal Agustus Kelabu: Tinggalkan Joget-joget di Istana

1 September 2025
Paling Sering Dibaca

Jenis-Jenis Bunga, Mengungkap Keindahan dan Pesan di Baliknya

Opini Alfi Salamah

Membeli Oleh-Oleh yang Bermanfaat dan Bernilai: Tips Agar Tidak Menjadi Sampah

Opini Alfi Salamah

Modus Baru Penipuan Video Call Gunakan Wajah Baim Wong

Techno Silva

Menikmati Kuliner Autentik Khas Turki, Dari Kudapan Manis hingga Minuman Tradisional

Food Alfi Salamah

Destinasi Impian untuk Cuti Bersama Desember 2023

Travel Dexpert Corp
Berita Lainnya
Kesehatan
Alfi Salamah23 Oktober 2025

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

Firnadi Ikhsan Serap Aspirasi Tiga Delegasi di Hari Aspirasi PKS Kaltim

Kasus Radiasi Cikande Masuk Tahap Penyidikan, PT PMT Dianggap Lalai

Trump Resmikan Fase Dua Kesepakatan Gencatan Gaza

Menkeu Purbaya Pertimbangkan Pemangkasan PPN Tahun 2026

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.