Samarinda – Seperti teka-teki yang belum terpecahkan, kekurangan pasokan daging terus menghantui Kalimantan Timur. Data dari Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) menunjukkan bahwa provinsi ini masih kekurangan sekitar 4.000 ton daging setiap tahun, memicu keprihatinan mendalam dari pemerintah dan legislatif daerah.
Kebutuhan daging di Kalimantan Timur diperkirakan mencapai 12.000 ton per tahun, namun produksi lokal baru mampu memenuhi 9.000 ton. Untuk menutup defisit ini, DPRD Kaltim bersama pemerintah provinsi menggulirkan program desa korporasi ternak, yang bertujuan meningkatkan produksi daging berbasis pemberdayaan masyarakat desa.
Firnadi Ikhsan, anggota Komisi II DPRD Kaltim, menyebut bahwa program tersebut menjadi langkah strategis untuk mengisi celah pasokan daging yang selama ini bergantung pada luar daerah.
“Dari 12 ribu ton kebutuhan, kita masih defisit 4.000 ton. Karena itu, pemerintah melalui Dinas Peternakan terus mendorong pengembangan peternakan rakyat,” ungkap Firnadi saat ditemui di Gedung DPRD Kaltim, Jumat (23/5/2025).
Firnadi menjelaskan bahwa program desa korporasi ternak tidak hanya menyuplai bibit hewan ternak dan fasilitas kandang, tetapi juga memberikan pendampingan teknis dan manajerial kepada peternak lokal. Upaya ini telah diterapkan di beberapa wilayah seperti Kutai Timur dan Samboja, dan menunjukkan hasil yang positif.
“Peternak kita bantu dengan bibit, kandang, serta pendampingan. Harapannya mereka bisa menjadi peternak mandiri dan menyuplai kebutuhan daging daerah,” tambahnya.
Tak hanya fokus pada peningkatan produksi, inisiatif ini juga memperkuat kelembagaan peternak melalui pembentukan koperasi agar program berjalan berkelanjutan. Dengan pola usaha kolektif, diharapkan desa korporasi ternak mampu menjadi mesin utama menuju kemandirian pangan daerah.
Di Kabupaten Kutai Kartanegara, sejumlah kelompok peternak telah menerima bantuan bibit sapi dan fasilitas dasar. Meski begitu, Firnadi menegaskan bahwa keberhasilan program sangat bergantung pada kesabaran dan ketekunan para peternak dalam mengelola usaha ternaknya.
“Beternak itu perlu proses dan ketahanan. Kita butuh peternak yang siap menghadapi tantangan jangka panjang,” ujarnya.
Dengan strategi berbasis komunitas dan fokus pada keberlanjutan, program desa korporasi ternak diyakini akan mendorong Kalimantan Timur lebih dekat pada cita-cita swasembada daging dan ketahanan pangan yang lebih kokoh di masa mendatang.
