Jakarta – Ketika badai tarif impor dari Amerika Serikat menerpa, Indonesia memilih untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga menyerang dengan strategi diversifikasi ekspor. Pemerintah kini memprioritaskan pembukaan pasar alternatif seperti Uni Eropa dan negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan), guna menjaga kestabilan neraca perdagangan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa nilai ekspor Indonesia ke AS yang mencapai US$ 26 miliar masih lebih kecil dibanding ekspor ke Cina sebesar US$ 60 miliar, dan sebanding dengan India senilai US$ 20 miliar.
“Amerika bukan satu-satunya pasar kita. Maka dari itu, kita harus membuka peluang di tempat lain,” ujar Airlangga dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Indonesia di Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Salah satu langkah konkret adalah penyelesaian perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), yang disebut tinggal menyisakan satu isu terkait transparansi.
Airlangga menyebut Presiden Prabowo akan segera mengumumkan regulasi kunci yang bisa mempercepat penyelesaian perjanjian tersebut.
Menurut Airlangga, Uni Eropa memiliki potensi pasar sekitar Rp 16,6 triliun, terutama untuk produk makanan dan minuman serta tekstil. Selain itu, Indonesia juga memperkuat keanggotaannya di blok perdagangan internasional seperti CPTPP dan BRICS, guna memperluas akses ekspor di tengah dinamika global.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menegaskan pentingnya diversifikasi pasar sebagai strategi menghadapi tekanan eksternal. Ia mencatat bahwa peningkatan tarif justru membuka peluang bagi produk lokal yang lebih kompetitif dibanding negara lain seperti Korea Selatan dan Filipina.
“Kita harus cermat melihat komoditas mana yang masih kompetitif di pasar AS meski dengan tarif tinggi. Tapi pada saat yang sama, pasar lain harus segera digarap,” ujar Sri Mulyani.
Pemerintah tetap waspada terhadap potensi limpahan barang dari pasar AS ke Indonesia, namun optimis bahwa ekspansi ke pasar Eropa dan BRICS dapat menjadi penyangga kuat ekonomi nasional ke depan.
