Naypyidaw – Deru reruntuhan masih menggema di Myanmar dan Thailand setelah gempa dahsyat magnitudo 7,7 mengguncang Myanmar tengah pada Jumat siang (28/3/2025). Jumlah korban tewas yang terus bertambah membuat dunia terguncang: lebih dari 1.000 orang meninggal, ribuan lainnya terluka, dan masih banyak yang terjebak di bawah puing bangunan.
Pusat gempa berada di barat laut Kota Sagaing, Myanmar, diikuti gempa susulan bermagnitudo 6,4 hanya dalam hitungan menit. Kota Mandalay, sebagai pusat urban terbesar kedua di Myanmar, mengalami kerusakan paling parah. Di sisi lain perbatasan, gedung pencakar langit di Bangkok, Thailand, roboh seketika, menewaskan sedikitnya 10 orang dan menjebak hingga 100 pekerja di dalamnya.
“Kami melakukan yang terbaik dengan sumber daya yang ada karena setiap nyawa penting,” ungkap Gubernur Bangkok, Chadchart Sittipunt, saat berada di lokasi gedung yang runtuh.
Pihak berwenang Myanmar menyatakan total 1.002 korban jiwa telah dikonfirmasi, dengan 2.376 lainnya mengalami luka-luka. Angka ini kemungkinan masih akan meningkat seiring pencarian korban yang terus dilakukan di tengah keterbatasan logistik.
Presiden China Xi Jinping telah menyampaikan belasungkawa kepada pemimpin junta Myanmar dan mengirimkan tim penyelamat sebanyak 82 orang. Bantuan serupa datang dari Yunnan, serta Korea Selatan yang menyumbangkan dana kemanusiaan sebesar USD 2 juta.
Tragedi ini datang saat Myanmar tengah bergelut dengan perang saudara dan sistem kesehatan yang rapuh, menambah beban negara dalam mengatasi dampak bencana.
Para penyintas kini menghadapi malam-malam tanpa atap, sementara dunia mengamati dan mengulurkan bantuan demi menyalakan kembali harapan di tengah reruntuhan.
