Sangatta – Dalam momentum Hari AIDS Sedunia 2024, Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur menyoroti lima faktor utama penyebab penularan HIV/AIDS serta pentingnya menghapus stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV). Kepala Dinas Kesehatan Kutai Timur, dr. Bahrani, menyampaikan data terbaru dalam temu media bertema “Hak Setara untuk Semua, Bersama Kita Bisa”.
Menurut dr. Bahrani, pemahaman masyarakat terhadap faktor risiko sangat penting untuk menekan angka penularan HIV/AIDS. “Kami berharap masyarakat lebih terbuka terhadap informasi dan melakukan langkah preventif untuk mencegah penularan HIV,” ujarnya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan, terdapat lima kelompok risiko tertinggi penularan HIV/AIDS di Kutai Timur:
- Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL)
Seks anal menjadi faktor risiko utama, dengan kemungkinan penularan HIV hingga 18 kali lebih tinggi dibandingkan seks vaginal. “Penelitian menunjukkan LSL yang berperilaku seksual berisiko memiliki peluang 5.898 kali lebih besar terinfeksi HIV dibandingkan yang tidak,” kata dr. Bahrani. - Wanita Penjaja Seks (WPS)
Rendahnya tingkat pemakaian kondom dan kurangnya pemahaman tentang HIV/AIDS membuat WPS menjadi kelompok rentan. - Pasangan Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV)
Risiko meningkat jika pasangan tidak menyadari status HIV atau tidak mengambil langkah pencegahan, seperti penggunaan kondom. - Pasien Tuberkulosis (TBC)
Sistem imun yang melemah pada pasien TBC meningkatkan risiko terinfeksi HIV. - Ibu Hamil
Penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui, sehingga tes HIV pada ibu hamil sangat diperlukan.
Pada 2024 hingga November, tercatat 140 kasus baru ODHIV di Kutai Timur, meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. “Meskipun ada penurunan kasus pada 2021 dan 2022, angka ini tetap mengkhawatirkan. Penularan HIV sering kali tidak langsung terdeteksi,” ungkap dr. Bahrani.
Stigma terhadap ODHIV menjadi hambatan utama dalam upaya pencegahan dan pengobatan. “Banyak orang enggan memeriksakan diri karena takut dihakimi. Oleh karena itu, edukasi masyarakat untuk menghilangkan stigma ini sangat penting,” tegasnya.
Dinas Kesehatan juga menyediakan layanan tes HIV gratis, mendistribusikan kondom, dan memastikan akses pengobatan antiretroviral (ARV). “Dengan sinergi semua pihak, kita dapat mencapai target Ending AIDS 2030,” tutupnya.

