Diabetes terus menjadi sorotan karena dampaknya yang besar terhadap kualitas hidup. Gaya hidup tidak sehat, terutama konsumsi gula berlebih, menjadi pemicu utama penyakit ini.
Data dari Federasi Diabetes Internasional (2021) menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi kelima di dunia, mencapai 19,5 juta orang.
Laporan Kementerian Kesehatan (2023) juga mengungkapkan bahwa prevalensi diabetes meningkat hingga 11,7%. Angka ini terus melonjak setiap tahunnya.
Kondisi ini menjadi alarm bagi kita semua untuk lebih bijak dalam menjaga pola hidup sehat.
Solusi dari Mahasiswa UPER
Dalam upaya menekan jumlah penderita diabetes, tiga mahasiswa Universitas Pertamina (UPER) menciptakan inovasi pemanis alami berbasis nira buah lontar.

Mereka adalah I Wayan Darma Yasa dari Teknik Sipil, serta Made Dona Rima Sari dan I Gede Ryan Pratama Putra dari Komunikasi.
Inovasi ini hadir sebagai alternatif pemanis yang lebih sehat, kaya nutrisi, dan berpotensi memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat secara luas.
Keunggulan Gula Lontar
Menurut data dari FatSecret Indonesia, setiap 100 gram gula lontar mengandung kalsium, zat besi, dan vitamin.
Berbeda dengan gula pasir yang hanya mengandung karbohidrat dan gula tanpa tambahan manfaat gizi, gula lontar menawarkan lebih dari sekadar rasa manis.
Keunggulan lainnya, gula lontar memiliki indeks glikemik lebih rendah. Artinya, lebih ramah bagi kadar gula darah dan tidak memicu lonjakan drastis.
Dengan keunggulan ini, gula lontar menjadi alternatif pemanis yang lebih sehat bagi masyarakat.
Inspirasi di Balik Inovasi
“Ketertarikan saya terhadap pohon lontar yang melimpah di kampung halaman mendorong kami untuk mengeksplorasi berbagai peluang pemanfaatannya,” ujar Darma.
“Secara umum, nira buah lontar biasanya difermentasi menjadi minuman dengan sedikit kadar alkohol. Namun, setelah kami pelajari lebih dalam, ternyata nira ini dapat langsung diolah menjadi gula yang lebih sehat dan bernutrisi.”
“Dari sinilah kami mulai mengembangkan inovasi pemanis alami berbasis nira lontar. Tidak hanya menawarkan alternatif lebih sehat, tetapi juga memaksimalkan potensi sumber daya lokal secara berkelanjutan,” tambahnya.
Proses Produksi yang Ramah Lingkungan
Bekerja sama dengan masyarakat lokal, Tim Sambhu mampu memproduksi sekitar 5 hingga 6 kg gula lontar dalam setiap proses produksi.
Pemanenan sari nira dilakukan dari tunas buah lontar, menghasilkan dua jerigen berkapasitas 10 liter dalam sekali panen.
Nira kemudian disaring untuk memisahkan kotoran. Setelah itu, dimasak hingga mengental, lalu dituangkan ke dalam cetakan batok kelapa dan didiamkan sehari hingga mengeras.
Untuk menghasilkan gula lontar bubuk, gula padat ini cukup ditumbuk dan diayak.
“Proses ini sangat sederhana dan tetap mempertahankan kandungan nutrisi alami dalam gula lontar,” jelas Darma.
“Selain itu, metode ini juga minim bahan bakar, sehingga lebih ramah lingkungan.”
Selain lebih sehat, produksi gula lontar juga tidak menggunakan pengawet kimia.
Untuk menjaga kualitas, pemasakan dan pengeringan dilakukan lebih lama agar lebih awet tanpa bahan tambahan.
“Kami berusaha menghadirkan pemanis sehat dengan harga yang tetap terjangkau,” kata Darma.
Saat ini, mereka menjual gula lontar seharga Rp17.500 per 500 gram. Jauh lebih murah dibandingkan gula bebas kalori yang bisa mencapai Rp50.000.
Dukungan dari Universitas Pertamina
Bisnis Tim Sambhu semakin berkembang berkat dukungan dari Inkubasi Bisnis Pemula Universitas Pertamina.
Mereka mendapatkan bimbingan intensif dalam strategi bisnis, finansial, pemasaran, hingga akses pendanaan.
Dengan adanya Inkubasi Bisnis UPER, Tim Sambhu kini mulai mengkomersialisasikan produk mereka ke bisnis kuliner dan jasa makanan.
Rektor UPER mengapresiasi inovasi Tim Sambhu sebagai unit bisnis yang mengedepankan nilai keberlanjutan serta berorientasi pada kesehatan.
“Sebagai kampus yang memiliki visi dalam meningkatkan jiwa kewirausahaan mahasiswa, UPER senantiasa memfasilitasi mahasiswa, alumni, hingga pegawai untuk mendapatkan bimbingan usaha,” ujar Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir M.S., IPU.
“Melalui berbagai program inkubasi bisnis, UPER memberikan akses sumber daya, pelatihan, hingga mentor untuk mengembangkan usaha yang berkelanjutan. Harapannya, peserta dapat menciptakan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia,” tutupnya.