Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

Lepaskan Ketegangan, Raih Kedamaian

Firnadi Ikhsan Serap Aspirasi Tiga Delegasi di Hari Aspirasi PKS Kaltim

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Jumat, 24 Oktober 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

Prabowo Tidak Peka Terhadap Derita Rakyat

Pertimbangan politik dan pengalaman lebih diutamakan daripada mendengarkan keluhan publik
Udex MundzirUdex Mundzir22 Oktober 2024 Editorial
Prabowo Subianto tidak peka terhadap derita rakyatnya
Ilustrasi Pemimpin tidak peka derita rakyatnya
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Sejak menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi di era Presiden Joko Widodo, Luhut kerap menjadi sorotan, terutama karena perannya dalam kebijakan yang dianggap merugikan rakyat dan lingkungan.

Banyak pihak menilai bahwa Prabowo, yang dikenal memiliki basis dukungan dari masyarakat bawah dan mengusung visi perubahan, tidak peka terhadap kegelisahan rakyat ketika ia tetap memberikan jabatan penting kepada Luhut. Keputusan ini tampaknya tidak sejalan dengan harapan masyarakat yang menginginkan wajah-wajah baru di pemerintahan dan perubahan kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat kecil.

Ketidaksukaan masyarakat terhadap Luhut Binsar Panjaitan bukanlah hal baru. Sejak bertahun-tahun, Luhut telah menjadi figur yang sering disoroti karena kebijakan-kebijakan kontroversial yang ia dukung.

Salah satu yang paling mencolok adalah perannya dalam percepatan proyek strategis nasional, termasuk proyek tambang dan infrastruktur besar yang seringkali dianggap merusak lingkungan. Salah satu contoh yang sering dikritik adalah keterlibatan Luhut dalam kebijakan pengelolaan tambang emas di Papua dan proyek tambang di berbagai wilayah lain.

Banyak aktivis lingkungan dan masyarakat adat menentang proyek-proyek ini karena dampaknya terhadap kerusakan alam dan hilangnya sumber penghidupan masyarakat lokal.

Selain itu, dalam beberapa kesempatan, Luhut juga dikenal sebagai salah satu menteri yang kerap berseberangan dengan para aktivis. Pandangan-pandangannya tentang isu lingkungan dan pembangunan seringkali dianggap tidak sejalan dengan semangat keberlanjutan yang semakin disuarakan oleh masyarakat sipil.

Dalam beberapa survei, khususnya yang dilakukan oleh lembaga independen, Luhut kerap mendapatkan penilaian rendah dari publik terkait isu-isu lingkungan dan tata kelola sumber daya alam.

Sebagai Menko Kemaritiman dan Investasi di era Jokowi, Luhut bertanggung jawab atas banyak kebijakan ekonomi yang mempengaruhi kehidupan masyarakat luas. Salah satu kebijakan yang paling sering dikritik adalah strategi percepatan investasi asing di berbagai sektor, terutama di bidang energi dan sumber daya alam. Dalam beberapa kasus, masyarakat merasa bahwa kebijakan yang didorong Luhut terlalu menguntungkan investor asing dan merugikan kepentingan rakyat. Isu ini menjadi salah satu sumber utama ketidakpuasan terhadap Luhut.

Misalnya, kebijakan terkait Omnibus Law yang sangat didukung oleh Luhut sempat menjadi kontroversi besar. Masyarakat pekerja dan buruh menentang keras undang-undang ini karena dianggap mengurangi hak-hak mereka. Demonstrasi besar-besaran terjadi di berbagai daerah pada tahun 2020 dan 2021, menunjukkan ketidakpuasan publik terhadap kebijakan ini. Sebagai figur kunci di balik Omnibus Law, Luhut menjadi sasaran kritik masyarakat, terutama buruh dan aktivis hak asasi manusia.

Bahkan, dalam survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia pada 2021, hanya 27 persen responden yang menyatakan puas dengan kinerja pemerintah terkait pengelolaan sumber daya alam, sebuah sektor yang diawasi Luhut. Sebagian besar masyarakat menyatakan kekhawatiran tentang dampak investasi asing yang terlalu besar pada ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat kecil.

Saat Luhut dirawat di Singapura pada pertengahan 2022 karena masalah kesehatan, sebagian besar netizen di media sosial menunjukkan reaksi yang mengejutkan. Alih-alih mendapatkan simpati, Luhut malah menjadi sasaran hujatan. Banyak yang mendoakan agar ia tidak kembali memegang jabatan penting di pemerintahan. Hashtag #LuhutMenyerah sempat menjadi trending di Twitter, menunjukkan betapa besarnya ketidaksukaan masyarakat terhadapnya.

Namun, keputusan Prabowo Subianto untuk tetap memberikan jabatan strategis kepada Luhut menunjukkan bahwa presiden terpilih ini tidak mendengarkan suara rakyat yang meminta perubahan. Bagi sebagian besar rakyat, Luhut adalah simbol kebijakan lama yang dianggap tidak berpihak pada rakyat kecil dan hanya menguntungkan kalangan tertentu.

Ketika Prabowo pertama kali mencalonkan diri sebagai presiden, banyak yang berharap bahwa ia akan membawa angin segar bagi pemerintahan, dengan mengusung tokoh-tokoh baru yang lebih berpihak pada kepentingan rakyat. Namun, dengan masuknya kembali Luhut ke lingkaran kekuasaan, harapan tersebut seolah pupus. Prabowo, yang didukung oleh mayoritas pemilih dari kalangan rakyat kecil dan nasionalis, tampaknya gagal menangkap aspirasi tersebut.

Keputusan Prabowo untuk mempertahankan Luhut di posisi strategis ini mengindikasikan bahwa pertimbangan politik dan pengalaman lebih diutamakan daripada mendengarkan keluhan publik. Prabowo mungkin merasa bahwa pengalaman Luhut dalam mengelola ekonomi dan investasi tetap dibutuhkan di tengah tantangan ekonomi global. Namun, keputusan ini juga menunjukkan bahwa Prabowo belum sepenuhnya menyadari pentingnya mendengarkan suara rakyat yang menginginkan perubahan nyata di pemerintahan.

Meskipun keputusan ini mungkin didasari oleh pertimbangan teknokratis, tidak bisa dipungkiri bahwa kekecewaan masyarakat terhadap Luhut bisa berdampak pada legitimasi pemerintahan Prabowo. Jika kebijakan-kebijakan yang diusung Luhut kembali menuai kritik, maka Prabowo akan turut menjadi sasaran kemarahan rakyat.

Sebagai pemimpin yang pernah berjanji untuk memperjuangkan kepentingan rakyat kecil, Prabowo harus lebih peka terhadap suara rakyat dan memperhatikan kegelisahan mereka. Mengandalkan figur lama seperti Luhut, yang telah berkali-kali menuai kontroversi, hanya akan memperkuat persepsi bahwa pemerintahan ini tidak mendengar aspirasi rakyat dan lebih berpihak pada kepentingan elit.

Luhut Binsar Panjaitan mungkin memiliki pengalaman dan kemampuan dalam mengelola ekonomi nasional, tetapi ketidaksukaan masyarakat terhadapnya tidak bisa diabaikan. Prabowo Subianto, sebagai presiden, harus menunjukkan bahwa ia mampu mendengarkan kegelisahan rakyat yang menginginkan perubahan. Memberikan jabatan penting kepada tokoh yang banyak menyakiti publik hanya akan memperlebar jurang ketidakpercayaan antara pemerintah dan masyarakat. Prabowo harus berhati-hati agar keputusan-keputusannya tidak justru memperkuat kesan bahwa ia tidak peka terhadap derita rakyat.

Pelantikan Luhut Binsar Panjaitan sebagai Ketua Dewan Ekonomi Nasional dalam Kabinet Merah Putih oleh Presiden Prabowo Subianto memunculkan banyak reaksi di kalangan masyarakat. Keputusan ini menuai kritik tajam, terutama dari kalangan yang sudah lama menyuarakan ketidakpuasan terhadap kiprah Luhut di pemerintahan.

Sejak menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi di era Presiden Joko Widodo, Luhut kerap menjadi sorotan, terutama karena perannya dalam kebijakan yang dianggap merugikan rakyat dan lingkungan.

Banyak pihak menilai bahwa Prabowo, yang dikenal memiliki basis dukungan dari masyarakat bawah dan mengusung visi perubahan, tidak peka terhadap kegelisahan rakyat ketika ia tetap memberikan jabatan penting kepada Luhut. Keputusan ini tampaknya tidak sejalan dengan harapan masyarakat yang menginginkan wajah-wajah baru di pemerintahan dan perubahan kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat kecil.

Ketidaksukaan masyarakat terhadap Luhut Binsar Panjaitan bukanlah hal baru. Sejak bertahun-tahun, Luhut telah menjadi figur yang sering disoroti karena kebijakan-kebijakan kontroversial yang ia dukung.

Salah satu yang paling mencolok adalah perannya dalam percepatan proyek strategis nasional, termasuk proyek tambang dan infrastruktur besar yang seringkali dianggap merusak lingkungan. Salah satu contoh yang sering dikritik adalah keterlibatan Luhut dalam kebijakan pengelolaan tambang emas di Papua dan proyek tambang di berbagai wilayah lain.

Banyak aktivis lingkungan dan masyarakat adat menentang proyek-proyek ini karena dampaknya terhadap kerusakan alam dan hilangnya sumber penghidupan masyarakat lokal.

Selain itu, dalam beberapa kesempatan, Luhut juga dikenal sebagai salah satu menteri yang kerap berseberangan dengan para aktivis. Pandangan-pandangannya tentang isu lingkungan dan pembangunan seringkali dianggap tidak sejalan dengan semangat keberlanjutan yang semakin disuarakan oleh masyarakat sipil.

Dalam beberapa survei, khususnya yang dilakukan oleh lembaga independen, Luhut kerap mendapatkan penilaian rendah dari publik terkait isu-isu lingkungan dan tata kelola sumber daya alam.

Sebagai Menko Kemaritiman dan Investasi di era Jokowi, Luhut bertanggung jawab atas banyak kebijakan ekonomi yang mempengaruhi kehidupan masyarakat luas. Salah satu kebijakan yang paling sering dikritik adalah strategi percepatan investasi asing di berbagai sektor, terutama di bidang energi dan sumber daya alam. Dalam beberapa kasus, masyarakat merasa bahwa kebijakan yang didorong Luhut terlalu menguntungkan investor asing dan merugikan kepentingan rakyat. Isu ini menjadi salah satu sumber utama ketidakpuasan terhadap Luhut.

Misalnya, kebijakan terkait Omnibus Law yang sangat didukung oleh Luhut sempat menjadi kontroversi besar. Masyarakat pekerja dan buruh menentang keras undang-undang ini karena dianggap mengurangi hak-hak mereka. Demonstrasi besar-besaran terjadi di berbagai daerah pada tahun 2020 dan 2021, menunjukkan ketidakpuasan publik terhadap kebijakan ini. Sebagai figur kunci di balik Omnibus Law, Luhut menjadi sasaran kritik masyarakat, terutama buruh dan aktivis hak asasi manusia.

Bahkan, dalam survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia pada 2021, hanya 27 persen responden yang menyatakan puas dengan kinerja pemerintah terkait pengelolaan sumber daya alam, sebuah sektor yang diawasi Luhut. Sebagian besar masyarakat menyatakan kekhawatiran tentang dampak investasi asing yang terlalu besar pada ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat kecil.

Saat Luhut dirawat di Singapura pada pertengahan 2022 karena masalah kesehatan, sebagian besar netizen di media sosial menunjukkan reaksi yang mengejutkan. Alih-alih mendapatkan simpati, Luhut malah menjadi sasaran hujatan. Banyak yang mendoakan agar ia tidak kembali memegang jabatan penting di pemerintahan. Hashtag #LuhutMenyerah sempat menjadi trending di Twitter, menunjukkan betapa besarnya ketidaksukaan masyarakat terhadapnya.

Namun, keputusan Prabowo Subianto untuk tetap memberikan jabatan strategis kepada Luhut menunjukkan bahwa presiden terpilih ini tidak mendengarkan suara rakyat yang meminta perubahan. Bagi sebagian besar rakyat, Luhut adalah simbol kebijakan lama yang dianggap tidak berpihak pada rakyat kecil dan hanya menguntungkan kalangan tertentu.

Ketika Prabowo pertama kali mencalonkan diri sebagai presiden, banyak yang berharap bahwa ia akan membawa angin segar bagi pemerintahan, dengan mengusung tokoh-tokoh baru yang lebih berpihak pada kepentingan rakyat. Namun, dengan masuknya kembali Luhut ke lingkaran kekuasaan, harapan tersebut seolah pupus. Prabowo, yang didukung oleh mayoritas pemilih dari kalangan rakyat kecil dan nasionalis, tampaknya gagal menangkap aspirasi tersebut.

Keputusan Prabowo untuk mempertahankan Luhut di posisi strategis ini mengindikasikan bahwa pertimbangan politik dan pengalaman lebih diutamakan daripada mendengarkan keluhan publik. Prabowo mungkin merasa bahwa pengalaman Luhut dalam mengelola ekonomi dan investasi tetap dibutuhkan di tengah tantangan ekonomi global. Namun, keputusan ini juga menunjukkan bahwa Prabowo belum sepenuhnya menyadari pentingnya mendengarkan suara rakyat yang menginginkan perubahan nyata di pemerintahan.

Meskipun keputusan ini mungkin didasari oleh pertimbangan teknokratis, tidak bisa dipungkiri bahwa kekecewaan masyarakat terhadap Luhut bisa berdampak pada legitimasi pemerintahan Prabowo. Jika kebijakan-kebijakan yang diusung Luhut kembali menuai kritik, maka Prabowo akan turut menjadi sasaran kemarahan rakyat.

Sebagai pemimpin yang pernah berjanji untuk memperjuangkan kepentingan rakyat kecil, Prabowo harus lebih peka terhadap suara rakyat dan memperhatikan kegelisahan mereka. Mengandalkan figur lama seperti Luhut, yang telah berkali-kali menuai kontroversi, hanya akan memperkuat persepsi bahwa pemerintahan ini tidak mendengar aspirasi rakyat dan lebih berpihak pada kepentingan elit.

Luhut Binsar Panjaitan mungkin memiliki pengalaman dan kemampuan dalam mengelola ekonomi nasional, tetapi ketidaksukaan masyarakat terhadapnya tidak bisa diabaikan. Prabowo Subianto, sebagai presiden, harus menunjukkan bahwa ia mampu mendengarkan kegelisahan rakyat yang menginginkan perubahan. Memberikan jabatan penting kepada tokoh yang banyak menyakiti publik hanya akan memperlebar jurang ketidakpercayaan antara pemerintah dan masyarakat. Prabowo harus berhati-hati agar keputusan-keputusannya tidak justru memperkuat kesan bahwa ia tidak peka terhadap derita rakyat.

Joko Widodo Luhut Binsar Panjaitan Prabowo Subianto
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticlePasangan Rudy Mas’ud-Seno Aji Unggul di Survei Pilgub Kaltim 2024
Next Article Pentingnya Gaya Hidup Berkelanjutan, Munaqib Berikan Edukasi Kepada Pelajar SMAN 2 Sidoarjo

Informasi lainnya

Prabowo Targetkan 330 Ribu Smart TV untuk Sekolah

11 September 2025

Waspadai, Purbaya Anak Buah Luhut

9 September 2025

Bersih-Bersih Kabinet Prabowo Dimulai

9 September 2025

Prabowo Tunda Pelantikan Menpora, Nama Masih Dirahasiakan

8 September 2025

Reshuffle Kabinet, Prabowo Lantik Purbaya Gantikan Sri Mulyani

8 September 2025

Orde Baru Jauh Lebih Baik

8 September 2025
Paling Sering Dibaca

UMP 2025: Melampaui Angka, Memahami Kebutuhan

Editorial Udex Mundzir

Ungkap Mengapa Wanita Tidak Mencukur Rambut Setelah Haji

Islami Alfi Salamah

Menyesap Filosofi di Balik Secangkir Teh Jepang

Travel Alfi Salamah

Prabowo Akan Kehilangan Kesempatan Emas

Editorial Udex Mundzir

Makan Gratis, Simbol Negara Gagal

Editorial Udex Mundzir
Berita Lainnya
Kesehatan
Alfi Salamah23 Oktober 2025

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

Firnadi Ikhsan Serap Aspirasi Tiga Delegasi di Hari Aspirasi PKS Kaltim

Kasus Radiasi Cikande Masuk Tahap Penyidikan, PT PMT Dianggap Lalai

Trump Resmikan Fase Dua Kesepakatan Gencatan Gaza

Menkeu Purbaya Pertimbangkan Pemangkasan PPN Tahun 2026

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.