Jakarta — Ibarat menantang gelombang, pemerintah era Presiden Prabowo Subianto memasang target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Sasarannya tinggi, namun sejarah membuktikan Indonesia pernah mencapainya.
Dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia 2024, Ahad (1/12/2024), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengingatkan bahwa pertumbuhan tersebut bukan mimpi. Ia mengacu pada capaian ekonomi Indonesia di era 1986-1997, saat rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 7,3 persen, bahkan menyentuh 8,2 persen pada 1995.
“Kita pernah mencapainya di masa lalu. Dengan transformasi ekonomi yang tepat, target ini bukan hal yang mustahil,” kata Airlangga di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta.
Untuk mencapai target tersebut, Airlangga menekankan pentingnya transformasi ekonomi. Hilirisasi, atau pengolahan bahan mentah menjadi produk jadi, menjadi kunci. Strategi ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan memperkuat penerimaan negara.
“Ekonomi berbasis hilirisasi sudah terbukti berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi kita,” jelasnya.
Selain itu, ekonomi-digital menjadi sektor unggulan yang mampu mendorong pertumbuhan. Tahun ini, Gross Merchandise Value (GMV) sektor-digital Indonesia mencapai 90 miliar dolar AS, tumbuh 13 persen dari pada tahun lalu. Airlangga optimistis nilai ini dapat meningkat menjadi 120 miliar dolar AS pada 2025, dan bahkan mencapai 400 miliar dolar AS pada 2030.
“Ekonomi-digital memungkinkan kita melompat lebih jauh, dibandingkan sektor konvensional yang harus dimulai dari nol,” tambahnya.
Kalangan pengusaha menyambut baik optimisme pemerintah. Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid, menyebut target ini memberikan motivasi bagi pelaku usaha untuk lebih berinovasi dan bersinergi dengan pemerintah.
“Kami melihat banyak peluang di sektor digital dan hilirisasi, dan ini menjadi momen untuk bergerak bersama,” kata Arsjad dalam sesi wawancara.
Namun, sejumlah pengamat menilai target tersebut menantang. Pasalnya, kondisi global yang masih tidak menentu serta tantangan dalam implementasi kebijakan bisa menjadi kendala.
Terlepas dari pro dan kontra, pemerintah yakin dengan langkah-langkah strategis yang telah dalam rencana. Airlangga menyebut, keberhasilan akan bergantung pada kerja sama pemerintah, pengusaha, dan masyarakat.
“Indonesia memiliki potensi besar. Kita sudah buktikan di masa lalu, tinggal bagaimana kita bekerja keras untuk mencapainya lagi,” pungkasnya.
