Survei terbaru dari Katadata Insight Center (KIC) mengungkap bahwa 83,6% masyarakat Indonesia sudah akrab dengan kecerdasan buatan (AI). Temuan ini menunjukkan AI bukan lagi konsep asing, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari.
https://databoks.katadata.co.id/publikasi/2025/01/23/kedaulatan-ai-untuk-memberdayakan-indonesia
Dalam laporan bertajuk “Kedaulatan AI untuk Memberdayakan Indonesia”, KIC menjelaskan bahwa mayoritas responden tidak hanya pernah mendengar tentang AI, tetapi juga memahami fungsinya. AI mampu meniru kecerdasan manusia untuk tugas seperti pembelajaran, pemecahan masalah, pengenalan pola, hingga pengambilan keputusan.
“Beberapa perkembangan pada 2023 yaitu terobosan AI Generatif (GenAI), penerbitan regulasi AI di beberapa negara, dan pertemuan global berkaitan AI, semakin menyoroti perubahan dan potensi yang dibawa oleh teknologi ini,” demikian isi laporan KIC.
Sebanyak 36,9% responden menyebut chatbot sebagai produk turunan AI yang paling dikenal. Contohnya seperti ChatGPT, Gemini, dan DeepSeek.
Selain itu, 34,6% responden mengenal CCTV pintar yang mampu mengidentifikasi wajah. Sebanyak 33,9% familiar dengan aplikasi penghasil artikel otomatis.
Ada juga 32,7% responden yang menggunakan smartwatch untuk memantau aktivitas olahraga dan tidur. Sementara 31,8% mengetahui situs web yang merekomendasikan produk berdasarkan histori pencarian.
Survei ini melibatkan 1.255 responden dari berbagai daerah di Indonesia. Dilakukan secara tatap muka pada 25 September–15 November 2024 dengan metode random sampling.
AI telah menjadi bagian dari aktivitas harian masyarakat. Sebanyak 64,7% responden mengaku telah menggunakan AI untuk berbagai kebutuhan.
Mayoritas menggunakan AI untuk mencari informasi (81,2%). Selain itu, AI juga digunakan untuk berbelanja online (46,7%) dan mengedit foto atau video (44,8%).
Sebanyak 34,9% responden menggunakan AI untuk navigasi perjalanan, dan 34,6% untuk menerjemahkan bahasa.
Meskipun AI dianggap aman oleh 78% responden, ada 69,3% yang menyatakan kekhawatiran terhadap potensi penyalahgunaan teknologi ini.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun AI menghadirkan banyak manfaat, masyarakat juga sadar akan risiko yang menyertainya.
Masyarakat Indonesia cenderung optimis terhadap manfaat AI. Sebanyak 85% responden optimistis bahwa AI dapat memberikan dampak positif di masa depan.
Sebanyak 81,7% responden mengaku antusias dengan perkembangan teknologi ini.
AI diharapkan mampu memberikan manfaat seperti peningkatan efisiensi dan produktivitas (61,1%). Selain itu, AI juga diharapkan mendorong inovasi di industri kreatif (26,9%) dan pemecahan masalah kompleks (25,7%).
Namun, ada juga beberapa risiko yang diidentifikasi. Misalnya, AI mengambil alih pekerjaan manusia (39,8%) dan penyebaran konten berbahaya (33,4%).
Sebanyak 28,7% responden khawatir tentang masalah privasi data. Selain itu, ada 26,5% yang khawatir terhadap potensi serangan siber.
Kombinasi optimisme dan kekhawatiran ini mencerminkan bahwa masyarakat Indonesia mulai kritis dalam menyikapi perkembangan teknologi.
Mereka tidak hanya melihat AI sebagai alat bantu, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan keamanan pribadi.