Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan Badan Gizi Nasional (BGN) menuai kritik setelah mengganti menu berbasis makanan segar dengan produk instan seperti roti dan sereal. Perubahan ini dianggap berisiko menanamkan pola pikir keliru kepada anak-anak tentang makanan sehat.
Ahli gizi masyarakat, dr. Tan Shot Yen, menilai bahwa pembagian makanan ultraproses (UPF) di sekolah dapat membuat anak-anak menganggap produk instan sebagai pilihan sehat.
“Jika produk ultraproses dibagikan di sekolah, anak akan berpikir ini adalah asupan sehat. Mereka bisa menganggapnya sebagai pengganti sarapan, padahal jauh dari konsep makanan bergizi berbasis kearifan lokal,” ujarnya dalam unggahan di media sosial, dikutip Senin (10/3/2025).
Dr. Tan menekankan bahwa konsumsi makanan kemasan secara rutin dapat membentuk kebiasaan jangka panjang yang tidak sehat. Ia khawatir anak-anak akan mengabaikan makanan segar seperti telur atau buah karena lebih terbiasa dengan rasa makanan olahan yang cenderung lebih adiktif.
“Kandungan gula dan bahan tambahan dalam makanan ultraproses membuat rasanya lebih kuat. Jika terus dikonsumsi, anak-anak bisa kehilangan ketertarikan pada makanan alami yang lebih sehat,” tambahnya.
Tak hanya berdampak pada anak, dr. Tan juga mengingatkan bahwa perubahan menu ini dapat membingungkan masyarakat secara luas.
“Publik bisa jadi sesat pikir. Mereka akan mengira produk ultraproses baik-baik saja, padahal banyak penelitian menunjukkan keterkaitannya dengan berbagai masalah kesehatan,” tegasnya.
Sebagai solusi, dr. Tan menyarankan agar dapur MBG yang dikelola langsung oleh BGN tetap menyajikan makanan berbasis bahan segar dan kearifan lokal.
“Daripada memberikan makanan kemasan, dapur MBG bisa menyediakan menu berbuka yang lebih sehat seperti lemper, arem-arem, semar mendem, atau kroket. Ini lebih bernutrisi, halal, dan thayib tanpa bahan tambahan pabrikan,” ujarnya.
Kritik terhadap perubahan menu MBG ini semakin kuat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan dampak negatif makanan ultraproses. BGN diharapkan dapat mengevaluasi kembali kebijakan ini agar tidak mengorbankan kesehatan anak-anak dalam jangka panjang.