Naypyidaw – Getaran dahsyat membangunkan Myanmar dari kesunyian pada Jumat pagi. Gempa bermagnitudo 7,7 mengguncang pusat negara itu dan terasa hingga ke Thailand dan Tiongkok. Junta militer Myanmar menetapkan status darurat di enam wilayah terdampak, termasuk Mandalay dan Naypyidaw, sembari mengajukan permintaan bantuan kemanusiaan internasional—sesuatu yang jarang dilakukan.
Berdasarkan data dari CNA dan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), pusat gempa terletak sekitar 17,2 kilometer dari Mandalay dengan kedalaman dangkal hanya 10 kilometer. Retakan parah terlihat di beberapa jalan dekat Museum Nasional Naypyidaw, sementara akses menuju rumah sakit utama di kota itu macet karena banyaknya korban luka.
Junta militer menyebut rumah sakit terbesar di ibu kota kini menjadi zona korban massal. Di luar gedung, korban yang terluka dirawat darurat dengan selang infus menggantung di tempat tidur. Media lokal juga melaporkan kerusakan jembatan di Kota Sagaing dan kerusakan bangunan berat di wilayah sekitar episentrum.
Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, langsung membatalkan kunjungan resminya ke Phuket dan menggelar rapat darurat menyusul dampak gempa yang juga merobohkan gedung konstruksi di Distrik Chatuchak, Bangkok. Tim tanggap darurat Thailand mencatat dua orang tewas dan sejumlah lainnya masih tertimbun reruntuhan.
“India siap memberikan segala bantuan yang mungkin,” tulis PM Narendra Modi lewat akun X resminya, seraya menyatakan keprihatinan atas dampak gempa yang terasa lintas negara.
Hingga berita ini diturunkan, jumlah korban jiwa dan kerusakan masih terus diperbarui. Pemerintah Myanmar kini dalam tekanan besar untuk mempercepat penyaluran bantuan, terutama bagi warga di kawasan terpencil yang sulit dijangkau.
Dengan status darurat dan bantuan yang diajukan ke dunia internasional, Myanmar tengah berjuang keras menghindari bencana kemanusiaan yang lebih besar.
