Sleman β Seperti napas panas yang tersengal dari perut bumi, Gunung Merapi kembali memuntahkan awan panas guguran pada Jumat malam. Fenomena ini menjadi pengingat bahwa gunung api paling aktif di Indonesia itu masih menjalani fase Siaga, dengan potensi bahaya yang sewaktu-waktu bisa meningkat.
Aktivitas tersebut tercatat pada pukul 21.23 WIB, Jumat (21/11/2025), dengan jarak luncur mencapai sekitar 2.000 meter dari puncak. Peristiwa itu terekam jelas melalui seismograf di Pos Pemantauan Gunung Merapi, Jawa Tengah, yang menunjukkan amplitudo maksimum 57 mm dengan durasi 206 detik.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebut bahwa pergerakan tersebut masih merupakan bagian dari dinamika Merapi yang berada pada status Siaga atau Level III.
“Potensi luncuran awan panas maupun aliran lava pijar masih dapat terjadi kapan saja, sehingga masyarakat perlu mengikuti seluruh rekomendasi yang telah dikeluarkan,” ujar pernyataan resmi Badan Geologi pada Jumat (21/11/2025).
Lembaga tersebut menegaskan bahwa warga di zona rawan bencana harus tetap waspada. Imbauan agar masyarakat hanya merujuk pada informasi resmi juga kembali disampaikan, mengingat tingginya penyebaran kabar tidak terverifikasi yang sering muncul saat aktivitas vulkanik meningkat.
Rekomendasi yang telah diberikan meliputi larangan beraktivitas di area-area yang masuk zona bahaya, terutama sektor tenggara dan selatan yang menjadi jalur dominan luncuran guguran. Selain itu, aparat desa di lereng Merapi diminta terus memperbarui data kesiapsiagaan, termasuk rencana evakuasi bila sewaktu-waktu situasi memburuk.
Dalam beberapa bulan terakhir, aktivitas kubah lava di puncak Merapi menunjukkan pertumbuhan yang fluktuatif. Kondisi itu memicu potensi runtuhan material yang kemudian memunculkan awan panas, fenomena yang berulang kali terjadi sepanjang tahun ini. Para ahli mengingatkan bahwa meskipun intensitas tidak selalu meningkat drastis, awan panas tetap menjadi ancaman mematikan karena kecepatan dan suhunya yang ekstrem.
Bagi warga sekitar lereng, kejadian malam ini menjadi alarm kewaspadaan yang tidak bisa diabaikan. Meski sebagian aktivitas masyarakat masih berjalan normal, wilayah rawan tetap dipantau ketat oleh relawan dan petugas pemantauan gunung api.
Dengan aktivitas Merapi yang terus bergerak dinamis, kewaspadaan tetap menjadi benteng utama bagi warga yang hidup berdampingan dengan gunung yang tak pernah tidur ini. Pemerintah memastikan bahwa pemantauan dilakukan 24 jam untuk memastikan keselamatan masyarakat di kawasan rawan bencana.
