Bayangkan sejenak sebuah bumi tanpa pohon. Gambarannya mungkin terlihat sunyi: langit terlihat lebih cerah tanpa kanopi hijau, tanah terlihat lebih tandus tanpa akar yang menahan, dan udara terasa berbeda tanpa hembusan dari hutan yang luas. Namun, imajinasi ini bukan sekadar visual kosong. Ini adalah bayangan nyata tentang apa yang akan terjadi jika kita terus merusak hutan, membabat pepohonan tanpa menggantinya, dan tidak memberikan ruang bagi alam untuk pulih.
Pohon bukan sekadar elemen estetika di taman atau latar belakang foto. Mereka adalah bagian fundamental dari sistem kehidupan yang saling bergantung. Peran mereka begitu besar dan luas sehingga, ketika hilang, seluruh proses alami yang terlihat stabil selama ribuan tahun bisa runtuh.
Paru-Paru Dunia yang Menyempit
Walaupun sering dianggap biasa saja, fungsi utama pepohonan seperti produksi oksigen, pengaturan iklim, hingga perannya dalam siklus air ternyata amat penting. Tanpa proses fotosintesis pohon, karbon dioksida akan terus menumpuk di atmosfer dan mempercepat efek rumah kaca.
Akibatnya, suhu bumi meningkat, musim menjadi tak menentu, dan bencana iklim seperti banjir, gelombang panas, serta kekeringan akan terjadi lebih sering dan lebih ekstrem. Pepohonan bukan hanya menyerap karbon, tetapi juga meredam panas melalui bayangan dan penguapan.
Habitat Musnah, Ekosistem Runtuh
Hilangnya pepohonan berarti hancurnya rumah bagi jutaan spesies flora dan fauna. Hutan tropis Indonesia, misalnya, merupakan rumah bagi lebih dari 10% spesies yang ada di dunia. Tanpa pohon, ekosistem ini kehilangan keseimbangan.
Kerusakan ini membuat rantai makanan terputus, dan spesies-spesies punah dalam skala yang mengkhawatirkan. Di sisi lain, hilangnya biodiversitas memperbesar risiko zoonosis atau penyakit yang melompat dari hewan ke manusia.
Banjir dan Longsor Tak Terhindarkan
Tanpa akar pohon, tanah kehilangan daya cengkeram. Air hujan tidak lagi diserap, tetapi mengalir deras membawa tanah bersamanya. Akibatnya, erosi, longsor, dan banjir jadi lebih sering dan sulit dikendalikan.
Contoh konkritnya terlihat di daerah pegunungan yang gundul di Jawa Barat dan Kalimantan. Setiap musim hujan, desa-desa di kaki bukit terendam atau tersapu longsor karena minimnya vegetasi penyangga.
Krisis Air Bersih dan Kekeringan
Pohon menjaga cadangan air tanah dengan menyerap air ke dalam akar dan melepaskannya perlahan melalui proses transpirasi. Ketika pohon ditebang, kemampuan tanah menyimpan air berkurang drastis.
Di banyak daerah yang dulunya berhutan, kini warga menghadapi krisis air bersih. Sumur mengering lebih cepat, mata air hilang, dan konflik antarwarga terkait akses air semakin meningkat.
Kualitas Udara Memburuk
Pohon berfungsi sebagai penyaring alami udara. Mereka menyerap gas berbahaya seperti sulfur dioksida dan karbon monoksida. Jika pepohonan hilang, tidak ada lagi sistem alami yang membersihkan udara dari racun-racun ini.
Dampaknya, penyakit pernapasan akan meningkat pesat. Kota besar seperti Jakarta, dengan sedikit ruang hijau, menjadi contoh nyata bagaimana minimnya pohon memperburuk polusi udara dan kualitas hidup warganya.
Kehidupan Sosial Ekonomi Terancam
Di luar fungsi ekologis, pepohonan menopang kehidupan ekonomi jutaan orang. Hutan menjadi sumber kayu, makanan, obat, dan penghidupan bagi masyarakat adat serta petani hutan.
Jika pepohonan hilang, sumber pendapatan ini lenyap. Ketimpangan meningkat, kemiskinan bertambah, dan urbanisasi tak terkendali karena masyarakat desa kehilangan sumber daya untuk bertahan hidup.
Ekonomi Nasional Ikut Runtuh
Sektor pertanian, kehutanan, pariwisata, dan energi terbarukan bergantung pada keberadaan hutan. Jika pepohonan habis, kerugian ekonomi akan sangat besar tidak hanya secara lokal tapi juga nasional.
Menurut data Bappenas, kerusakan hutan Indonesia berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi lebih dari Rp500 triliun dalam dua dekade mendatang, jika tidak ada upaya pemulihan ekosistem secara serius.
Warisan Budaya Menghilang
Bagi masyarakat adat, hutan bukan hanya ruang hidup tetapi juga identitas dan spiritualitas. Hilangnya pepohonan berarti hilangnya tempat keramat, sistem pengetahuan tradisional, dan nilai-nilai yang diwariskan turun-temurun.
Tanpa hutan, hubungan manusia dengan alam menjadi semakin dangkal. Budaya lokal yang berakar pada alam pun terancam punah seiring hilangnya pepohonan.
Kegagalan Hukum dan Kebijakan
Banyak undang-undang tentang perlindungan hutan belum berjalan efektif. Penegakan hukum lemah, dan kepentingan industri kerap mendominasi kebijakan lingkungan. Tanpa regulasi yang berpihak pada kelestarian, pepohonan terus ditebang tanpa kontrol.
Pemerintah harus segera menguatkan instrumen hukum, memperluas kawasan konservasi, serta memberi insentif bagi masyarakat dan korporasi yang melakukan restorasi hutan.
Saatnya Bertindak: Tanam dan Jaga Pohon
Solusi bukan hanya menanam pohon, tetapi memastikan pohon-pohon itu tumbuh sehat dan dilindungi. Reboisasi harus berbasis komunitas, berkelanjutan, dan sesuai konteks lokal.
Edukasi, teknologi pemantauan satelit, serta kolaborasi lintas sektor harus digencarkan. Dunia tak lagi bisa menunda menjaga pohon adalah menjaga masa depan.
Hilangnya pohon bukan hanya soal lingkungan. Ini adalah persoalan hidup dan mati bagi peradaban. Ketika kita menebang pohon tanpa batas, kita sebenarnya sedang menebang fondasi kehidupan kita sendiri.
