Beijing – Langit bukan lagi batas bagi ambisi antariksa China. Negeri Tirai Bambu ini secara resmi menegaskan bahwa rencana pendaratan astronot di Bulan pada tahun 2030 berjalan sesuai dengan tahapan yang telah dirancang.
Dalam perkembangan terbaru, dua komponen penting misi yakni pesawat luar angkasa Mengzhou dan pendarat bulan Lanyue, sukses melalui uji coba tahap awal.
Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Wakil Direktur Badan Antariksa Berawak China (CMSA), Lin Xiqiang, yang menyebut bahwa semua persiapan termasuk pengembangan roket superberat Long March 10 juga sedang berjalan lancar.
“Kami akan berupaya memastikan semua pengujian berhasil untuk meletakkan dasar kuat bagi peluncuran manusia ke Bulan sesuai jadwal,” kata Lin pada Jumat (2/5/2025).
CMSA merinci bahwa Mengzhou terdiri dari dua modul, yaitu modul kembali ke Bumi dan modul pendukung yang menyuplai tenaga serta dukungan kehidupan bagi kru selama di luar angkasa. Uji sistem pelarian darurat juga akan dilakukan guna memastikan keselamatan astronot dalam skenario kegagalan peluncuran.
Meski masih tertinggal dari jadwal misi Artemis II milik NASA yang sempat tertunda ke 2027, program luar angkasa China tetap menunjukkan kemajuan signifikan. Target kemampuan terbang berawak untuk Mengzhou diproyeksikan tercapai pada 2027–2028.
Sebagai pembanding, misi Artemis III milik Amerika Serikat juga menghadapi kendala teknis, termasuk perbaikan pada perisai panas pesawat Orion. NASA harus menunda pendaratan ke Bulan hingga pertengahan 2027 karena keausan material yang lebih besar dari perkiraan saat uji atmosfer ekstrem.
Dengan semangat perlombaan antariksa yang kembali memanas, keberhasilan China dalam pengembangan teknologi luar angkasa bukan hanya akan mengukuhkan posisi mereka dalam bidang eksplorasi, tetapi juga membuka jalan bagi kerja sama internasional dan pengembangan sumber daya dari luar Bumi.
Jika misi ini sukses, China akan menjadi negara kedua dalam sejarah yang berhasil mengirimkan manusia ke permukaan Bulan, setelah Amerika Serikat. Langkah ini sekaligus mempertegas ambisi Beijing untuk menjadi pemimpin baru dalam eksplorasi antariksa global.
