Kukar – Di tengah bias gender yang masih melekat dalam kepemimpinan tingkat desa, Fitriati, Kepala Desa Prangat Baru, muncul sebagai simbol perubahan sosial yang progresif di Kecamatan Marangkayu. Dengan latar belakang sebagai tenaga kesehatan, ia memilih pulang kampung, meninggalkan kenyamanan kota demi membangun desa.
Pengabdiannya berbuah hasil. Melalui gaya kepemimpinan partisipatif dan inklusif, Fitriati tak hanya menghadirkan perubahan, tapi juga membuka jalan bagi kemandirian ekonomi warga. Sejak menjabat, ia menginisiasi pengembangan UMKM lokal berbasis komoditas khas desa, yakni kopi luwak.
Pada 21 April 2025, bertepatan dengan Hari Kartini, Fitriati menerima penghargaan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kutai Kartanegara atas kontribusinya dalam pemberdayaan masyarakat desa.
“Alhamdulillah, dengan diraihnya penghargaan ini saya sangat bersyukur. Harapan saya, penghargaan ini membawa berkah dan manfaat untuk warga Desa Prangat Baru,” ujar Fitriati pada Sabtu (31/5/2025).
Hero Suprayetno, Pelaksana Tugas Kepala DP3A Kukar, menyebut Fitriati sebagai figur yang mampu memadukan semangat milenial dengan nilai-nilai kepemimpinan desa yang progresif.
“Dengan pendekatan inovatif dan partisipatif, kepala desa ini berhasil membawa desanya berkembang menuju kemandirian. Beliau adalah bukti bahwa kepemimpinan perempuan tak hanya sebatas simbol, tapi nyata mendorong perubahan,” ungkap Hero.
Di bawah kendali Fitriati, Desa Prangat Baru menjelma menjadi Kampung Kopi Luwak, membuka akses pasar hingga mancanegara. Strategi ini memperkuat struktur ekonomi warga melalui pengelolaan kolektif yang inklusif, menjadikan UMKM lokal sebagai tulang punggung perekonomian desa.
Tak hanya soal ekonomi, Fitriati juga mendorong keterlibatan perempuan dalam pembangunan. Ia mengajak kaum ibu untuk tidak hanya bergantung pada kepala keluarga, tapi menjadi aktor penting dalam penggerak ekonomi desa.
“Jadi kita tidak berpangku tangan kepada kepala keluarga,” ucapnya menegaskan pentingnya kemandirian perempuan.
Meski menjadi satu-satunya kepala desa perempuan di Kecamatan Marangkayu, Fitriati merasa diterima dan setara dengan rekan sejawatnya.
“Saya tidak merasa dikucilkan meskipun saya satu-satunya Kades Perempuan di Marangkayu, jadi kita semua Kades sama, jika ada kegiatan pun kita sama tidak ada yang dibedakan,” katanya dengan penuh keyakinan.
Kiprah Fitriati menjadi inspirasi baru bahwa kepemimpinan perempuan mampu menciptakan dampak nyata di tingkat akar rumput, sekaligus menumbuhkan harapan baru akan kesetaraan dan pemberdayaan di desa.