Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Curug Malela: Niagara Mini di Jantung Hutan Jawa Barat

Kyoto Kerek Tarif Wisata Demi Selamatkan Warisan Budaya

DPRD Kutim Desak Efisiensi Anggaran, Peringatkan Potensi Sanksi

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Jumat, 14 November 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

Ketika Putra Mahkota Solo ‘Menyesal’ Bergabung dengan Republik

Ungkapan satir dari Keraton Surakarta bukan sekadar nostalgia masa lalu, tetapi kritik keras terhadap janji yang tak kunjung ditepati.
Udex MundzirUdex Mundzir4 Maret 2025 Editorial
Kritik Putra Mahkota Solo terhadap Pemerintah
Putra Mahkota Solo dan Penyesalan Bergabung dengan Republik (.inet)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Gelombang kekecewaan terhadap pemerintah kini datang dari tempat yang tak terduga: Keraton Surakarta. Putra Mahkota Solo, KGPAA Hamengkunegoro, lewat unggahannya di media sosial mengungkapkan sindiran tajam: “Nyesel Gabung Republik.” Pernyataan ini langsung memicu perdebatan. Apakah ini bentuk nostalgia feodalisme atau justru cerminan dari kekecewaan yang lebih luas?

Keraton Surakarta, bersama Kesultanan Yogyakarta, dahulu berperan besar dalam pembentukan Republik Indonesia. Pada 5 September 1945, Kasunanan Surakarta menjadi wilayah pertama yang menyatakan diri bergabung dengan NKRI, bahkan sebelum Yogyakarta. Namun, hanya setahun kemudian, status istimewanya dicabut oleh pemerintah pusat akibat tekanan politik dan konflik internal.

Sejak saat itu, Keraton Surakarta terus mengalami kemunduran. Tidak seperti Yogyakarta yang mempertahankan status Daerah Istimewa, Surakarta terpinggirkan dari struktur politik nasional. Kekuasaan politiknya hilang, otoritasnya melemah, dan aset-asetnya menjadi polemik berkepanjangan.

Ungkapan Putra Mahkota Solo bukan sekadar ekspresi pribadi. Ini adalah refleksi dari kekecewaan yang lebih dalam terhadap tata kelola negara. Ia menyoroti berbagai persoalan nasional, mulai dari korupsi, pengelolaan sumber daya, hingga kebijakan ekonomi yang dinilai tak berpihak pada rakyat.

Dalam sejarah politik Indonesia, kritik dari kalangan bangsawan bukanlah hal baru. Raja-raja di Nusantara pernah berperan sebagai penjaga keseimbangan kekuasaan, memberikan peringatan terhadap penyimpangan penguasa. Namun, kritik dari Keraton Surakarta kali ini berbeda: ia datang dari lembaga yang sudah lama terpinggirkan, tanpa posisi strategis di pemerintahan.

Publik merespons dengan beragam. Ada yang menilai ini sebagai upaya mencari perhatian, ada pula yang melihatnya sebagai kritik yang sah. Namun, satu hal yang tak bisa diabaikan: ketika simbol budaya mulai bersuara lantang, ini menandakan ada sesuatu yang benar-benar salah dalam sistem pemerintahan.

Pertanyaan yang muncul kemudian, apakah pemerintah akan menanggapi kritik ini dengan bijak atau justru mengabaikannya? Jika suara dari Keraton saja tidak didengar, bagaimana dengan rakyat biasa yang terus berjuang dalam ketidakpastian ekonomi dan sosial?

Ungkapan satir dari Putra Mahkota Solo ini harus dibaca lebih dari sekadar nostalgia feodal. Ini adalah cermin bagi penguasa hari ini, bahwa sejarah akan selalu mencatat janji-janji yang tak ditepati.

Keraton Surakarta Kritik Pemerintah Politik Indonesia Putra Mahkota Solo Sejarah Kesunanan
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticleRun Street Ramadhan Kukar Dorong Gaya Hidup Positif Pemuda
Next Article Pidato Perdana Wali Kota Tasikmalaya: Komitmen Bangun Kota Santri yang Maju

Informasi lainnya

Menguji Gelar Pahlawan Soeharto

13 November 2025

PB XIII Hangabehi Wafat, Takhta Keraton Surakarta Tunggu Pewaris Resmi

3 November 2025

Pemakaman PB XIII Berdasar Kalender Jawa, Ini Penentuannya

2 November 2025

Insentif MBG: Jangan Alihkan Beban

2 November 2025

Kehadiran Prabowo di Kongres Projo, Akan Menegaskan Dirinya “Termul”

1 November 2025

Sentralisasi Berkedok Nasionalisme

31 Oktober 2025
Paling Sering Dibaca

Ubah Lontar Jadi Pemanis Sehat: Inovasi Hebat Mahasiswa UPER!

Bisnis Udex Mundzir

Belajar Efektif, Hasil Maksimal

Daily Tips Alfi Salamah

Jokowi Ingin Pegang Partai Anak?

Editorial Udex Mundzir

Abolisi Tak Sama Dengan Keadilan

Editorial Udex Mundzir

Pilkada Sampang 2024: Situasi Ketat, Mandat Diunggulkan

Editorial Udex Mundzir
Berita Lainnya
Hukum
Alwi Ahmad20 September 2023

Antusias Siswa SMPN 3 Samarinda Ikuti Jaksa Masuk Sekolah

Fenomena Clipper, Profesi Baru yang Bikin Sarjana Geleng Kepala

Universitas Cipasung Tasikmalaya Cetak Guru Inovatif Lewat STEAM

Minat Masyarakat Positif, Okupansi Kereta Cepat Whoosh Stabil

APBD Kutim Turun Drastis, Pemkab Upayakan TPP ASN Tetap Aman

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.