Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

Lepaskan Ketegangan, Raih Kedamaian

Firnadi Ikhsan Serap Aspirasi Tiga Delegasi di Hari Aspirasi PKS Kaltim

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Jumat, 24 Oktober 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

Memisah Pemilu, Memecah Stabilitas

Ketika siklus demokrasi dipisah terlalu jauh, ruang politik justru semakin sulit dipersatukan kembali.
Udex MundzirUdex Mundzir27 Juni 2025 Editorial
dampak pemisahan pemilu nasional dan daerah
Ilustrasi dampak pemisahan pemilu nasional dan daerah.
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Mahkamah Konstitusi resmi memutuskan pemilu nasional dan daerah akan diselenggarakan secara terpisah mulai tahun 2029. Ini berarti pemilu untuk memilih Presiden, DPR, dan DPD akan berlangsung pada satu waktu. Sementara pemilu kepala daerah—gubernur, bupati, wali kota, serta anggota DPRD—akan diadakan pada waktu yang berbeda.

Putusan ini memang konstitusional. Tapi apakah ia juga rasional secara politik dan sosial?

Ahmad Khoirul Umam, pengamat politik dan Kepala BRAINS Partai Demokrat, menyebut keputusan ini bisa memperpanjang siklus ketegangan politik. Ketika pemilu dipisah, ruang kompetisi terbuka lebih lama. Artinya, tensi politik tak lagi musiman—tapi nyaris permanen.

Ini berpotensi mengganggu stabilitas pemerintahan. Ketika pemerintah pusat sibuk konsolidasi pasca-pemilu nasional, pemerintah daerah malah sedang menghadapi kampanye. Koordinasi terganggu. Agenda pembangunan tergeser oleh kepentingan elektoral yang datang bertubi-tubi.

Tak hanya itu.

Pemisahan ini membuka risiko ketidaksinkronan antara pejabat pusat dan daerah. Pelantikan presiden bisa tidak sejalan dengan pelantikan kepala daerah. Akibatnya, koordinasi lintas kebijakan menjadi tidak efisien. Visi besar di pusat bisa terganjal kepentingan daerah yang berbeda siklus politik.

Secara struktural, Indonesia belum cukup siap menghadapi beban politik berlapis. Dalam sistem presidensial yang terdesentralisasi, harmoni antara pusat dan daerah sangat menentukan. Tapi pemisahan pemilu justru memperlebar garis koordinatif itu.

Jika pemerintah pusat dan daerah tak satu irama dalam waktu yang lama, kita berisiko menghadapi pemerintahan yang berjalan dengan arah berbeda. Dan ini bisa memperdalam polarisasi politik—baik secara kelembagaan maupun di akar rumput.

Pemisahan pemilu memang bisa punya sisi positif.

Ia memungkinkan pemilih lebih fokus pada isu lokal saat pemilu daerah, dan pada isu nasional saat pemilu presiden. Tapi di negara yang masih rentan dengan politik identitas dan polarisasi sosial seperti Indonesia, pemisahan bisa menjadi ruang baru bagi konflik yang tidak pernah benar-benar reda.

Secara logistik dan anggaran, pemisahan juga menyulitkan. Dua kali pemilu berarti dua kali biaya, dua kali potensi gesekan, dan dua kali tantangan keamanan. KPU harus bekerja ekstra keras, begitu juga Bawaslu dan DKPP.

Dari sisi pemilih, potensi kejenuhan bisa muncul. Terlalu sering diminta memilih bisa membuat masyarakat justru semakin apatis. Partisipasi bisa turun. Legitimasi pejabat terpilih pun ikut menurun.

Pemerintah harus cermat menyusun mekanisme transisi.

Sinkronisasi program antarperiode mesti dijaga. Jangan sampai keputusan MK ini justru membuat kebijakan pusat dan daerah saling tumpang-tindih. Skema koordinasi baru perlu dibangun.

Jika tidak, maka demokrasi akan kehilangan arah.

Memisahkan waktu bukan berarti menyederhanakan proses. Dalam politik, pemisahan yang tak dikelola dengan matang hanya akan memecah stabilitas. Dan stabilitas adalah fondasi utama pembangunan jangka panjang.

Demokrasi Indonesia Koordinasi Pusat Daerah Pemilu 2029 Putusan MK Stabilitas Politik
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticleDemokrat Nilai Pemisahan Pemilu Punya Kelebihan dan Tantangan
Next Article Prestasi UGM Cemerlang, Integritas Belum Tercermin

Informasi lainnya

Waspadai, Purbaya Anak Buah Luhut

9 September 2025

Bersih-Bersih Kabinet Prabowo Dimulai

9 September 2025

Orde Baru Jauh Lebih Baik

8 September 2025

Jokowi, Mengapa Masih Ikut Campur?

4 September 2025

Mengakhiri Bayang Jokowi

4 September 2025

Selamat Tinggal Agustus Kelabu: Tinggalkan Joget-joget di Istana

1 September 2025
Paling Sering Dibaca

Kenali Kapal Kayu Nelayan dan Kualitas Jual Tinggi

Kroscek Dexpert Corp

Tiga Pekerjaan Masa Depan yang Paling Dibutuhkan Dunia

Techno Assyifa

Keunikan Budaya dan Kemajuan Teknologi, Inilah Keistimewaan Jepang

Travel Alfi Salamah

Ketika Putra Mahkota Solo ‘Menyesal’ Bergabung dengan Republik

Editorial Udex Mundzir

Titik Berat Indonesia dalam Konflik Timur Tengah

Opini Udex Mundzir
Berita Lainnya
Kesehatan
Alfi Salamah23 Oktober 2025

Manfaat Sehat Biji Selasih untuk Tubuh dan Kulit

Firnadi Ikhsan Serap Aspirasi Tiga Delegasi di Hari Aspirasi PKS Kaltim

Pemecatan Shin Tae-yong, PSSI Hadapi Beban Pesangon Rp 60 Miliar

Kasus Radiasi Cikande Masuk Tahap Penyidikan, PT PMT Dianggap Lalai

Trump Resmikan Fase Dua Kesepakatan Gencatan Gaza

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.