Close Menu
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel

Subscribe to Updates

Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

What's Hot

Curug Malela: Niagara Mini di Jantung Hutan Jawa Barat

Kyoto Kerek Tarif Wisata Demi Selamatkan Warisan Budaya

DPRD Kutim Desak Efisiensi Anggaran, Peringatkan Potensi Sanksi

Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp
Jumat, 14 November 2025
  • Advertorial
  • Rilis Berita
Facebook X (Twitter) Instagram WhatsApp YouTube
Onews.idOnews.id
  • Beranda
  • News
    • Nasional
    • Daerah
    • Figur
    • Info Haji
    • Rilis Berita
  • Info Haji 2025
  • Politik
  • Ekonomi
  • Saintek
  • Artikel
WhatsApp Channel
Onews.idOnews.id

Narasi Globalis dan Politik Ketakutan

Forum internasional sering jadi kambing hitam bagi ketakutan yang belum tentu berdasar.
Udex MundzirUdex Mundzir22 Mei 2025 Editorial
Kontroversi Keterlibatan Tokoh Indonesia di WEF
Ilustrasi Kontroversi Keterlibatan Tokoh Indonesia di WEF (.inet)
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest WhatsApp Email

Keterlibatan tokoh Indonesia dalam World Economic Forum (WEF) kembali menjadi bahan gunjingan. Bukan karena prestasi mereka di panggung internasional, melainkan karena narasi miring yang terus diulang.

Di tengah polarisasi politik dan banjir disinformasi, forum seperti WEF sering digambarkan sebagai alat elite global. Banyak yang menuding bahwa siapa pun yang hadir di forum ini otomatis menyetujui agenda tersembunyi.

Padahal, keterlibatan dalam WEF tidak melanggar hukum. Tidak pula menjadi bukti kesetiaan ideologis pada kekuatan asing.

Kritik terhadap WEF berakar dari tiga hal utama: elitisme, konspirasi, dan sentimen anti-globalisasi.

Pertama, WEF memang eksklusif. Hanya tokoh-tokoh terpilih yang bisa hadir. Biaya keanggotaannya pun mahal. Akibatnya, muncul kesan bahwa WEF adalah klub orang kaya.

Namun, eksklusif bukan berarti tertutup. Banyak isu global dibahas di sana: dari perubahan iklim, transformasi digital, hingga ketimpangan ekonomi.

Kedua, sejak pandemi COVID-19, istilah The Great Reset jadi bahan bakar konspirasi. WEF dianggap punya agenda tersembunyi: mengatur ulang dunia, menghapus kedaulatan nasional, hingga mengendalikan manusia lewat teknologi.

Narasi seperti ini populer di kalangan ekstremis kanan, termasuk di Indonesia.

Ketiga, keterlibatan tokoh nasional dalam WEF sering dijadikan alat serangan politik.

Misalnya, Anies Baswedan. Ia terdaftar sebagai Young Global Leader (YGL) pada 2009. Beberapa akun media sosial menyebutnya bagian dari “agenda globalis”.

Padahal, YGL adalah pengakuan atas kapasitas kepemimpinan. Bukan janji setia pada ideologi tertentu.

Sri Mulyani pun rutin hadir di Davos. Ia tidak sedang menjalankan misi asing. Ia membawa nama Indonesia, menawarkan gagasan, dan membangun jejaring strategis.

Namun, dalam politik, persepsi sering lebih penting dari kenyataan.

Di media sosial, keterlibatan tokoh dalam WEF kerap dijadikan bahan tuduhan. Tuduhan ini tidak berdasar. Tidak pula didukung data. Tapi terus disebar dan diulang.

Beberapa pihak bahkan menyamakan forum global dengan pengkhianatan. Ini logika yang lemah. Dunia saling terhubung. Isolasi bukan solusi.

Tanpa keterlibatan dalam forum internasional, suara Indonesia tidak akan terdengar. Kita hanya jadi penonton, bukan pemain.

Tokoh-tokoh seperti Gita Wirjawan, Mari Elka Pangestu, Dino Patti Djalal, hingga Nadiem Makarim, pernah terlibat dalam forum atau program WEF. Mereka membawa isu pendidikan, ekonomi digital, hingga diplomasi global.

Apakah mereka semua menjalankan agenda asing? Tentu tidak.

Kritik terhadap globalisasi memang penting. Tapi harus jernih. Harus berbasis data, bukan rasa curiga.

Menolak keterlibatan internasional atas dasar ketakutan justru berbahaya. Itu akan menjauhkan Indonesia dari arus kemajuan global.

WEF memang bukan forum sempurna. Tapi bukan pula musuh rakyat.

Sebaliknya, ini adalah panggung untuk menyuarakan kepentingan Indonesia. Forum tempat bertukar gagasan dan membangun kerja sama.

Tentu, keterlibatan harus transparan dan akuntabel. Tokoh yang hadir di forum global harus membawa pulang manfaat.

Tugas media dan masyarakat adalah mengawal itu. Bukan menolak secara membabi buta.

Editorial ini berpandangan: keterlibatan dalam WEF bukan dosa politik. Yang berbahaya adalah ketakutan yang dibentuk tanpa dasar.

Jika kita terus menuduh tanpa bukti, kita hanya akan terjebak dalam politik kecurigaan.

Dunia butuh kerja sama. Bukan isolasi.

Anti-Globalisasi Kepemimpinan Indonesia Narasi Konspirasi Politik Global World Economic Forum
Share. Facebook Pinterest LinkedIn WhatsApp Telegram Email
Previous ArticleLoa Raya Sepakati Koperasi Desa, Dorong Kemandirian Ekonomi
Next Article WHO Resmi Adopsi Kesepakatan Pandemi Global Pertama

Informasi lainnya

Menguji Gelar Pahlawan Soeharto

13 November 2025

Insentif MBG: Jangan Alihkan Beban

2 November 2025

Megawati Serukan Dunia Bersatu Dukung Palestina Merdeka

1 November 2025

Kehadiran Prabowo di Kongres Projo, Akan Menegaskan Dirinya “Termul”

1 November 2025

Sentralisasi Berkedok Nasionalisme

31 Oktober 2025

Siapa Kenyang dari Proyek Makan Bergizi?

27 Oktober 2025
Paling Sering Dibaca

Waktu Takbiran Idul Adha, Kapan Dimulai?

Islami Udex Mundzir

Pilwalkot Samarinda 2024: Formalitas Saja

Editorial Udex Mundzir

Inilah Seputar Mental Illness yang Perlu Anda Ketahui!

Opini Alfi Salamah

Keistimewaan Buah Strawberry, Inilah Manfaat dan Fakta Menariknya

Food Alfi Salamah

DeepSeek AI: Alternatif AI Murah dari Cina yang Saingi ChatGPT

Techno Assyifa
Berita Lainnya
Hukum
Alwi Ahmad20 September 2023

Antusias Siswa SMPN 3 Samarinda Ikuti Jaksa Masuk Sekolah

Fenomena Clipper, Profesi Baru yang Bikin Sarjana Geleng Kepala

Universitas Cipasung Tasikmalaya Cetak Guru Inovatif Lewat STEAM

Minat Masyarakat Positif, Okupansi Kereta Cepat Whoosh Stabil

APBD Kutim Turun Drastis, Pemkab Upayakan TPP ASN Tetap Aman

  • Facebook 920K
  • Twitter
  • Instagram
  • YouTube
“Landing
© 2021 - 2025 Onews.id by Dexpert, Inc.
PT Opsi Nota Ideal
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kode Etik
  • Kontak

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.