Tasikmalaya – Cahaya subuh menyinari Masjid Al-Ikhlas Citepus, Minggu (2/3/2025), sembari puluhan anak dan remaja usia SD hingga SMA duduk khidmat menyimak kisah Al-Abbas ibn Ubadah ibn Nadhlah, sahabat Nabi Muhammad SAW yang menjadi simbol kesetiaan dan kebijaksanaan.
Dalam acara Kuliah Subuh yang digagas Pesantren Pramuka Khalifa ini, santri wati, Ira Nur Azizah tak hanya menyampaikan fakta sejarah, tetapi mengukir hikmah mendalam lewat keteladanan sang sahabat Ansar.
Ira membuka cerita dengan menggambarkan momen Baiat Aqabah Kedua, di mana Al-Abbas berdiri tegas mengajak kaum Ansar berkomitmen penuh melindungi Nabi.
“Kesetiaan Al-Abbas bukan sekadar ikrar, tapi dibuktikan dengan kesiapan berkorban. Ia menghancurkan gelas sebagai simbol: ‘Kami siap pecah seperti gelas ini demi membela kebenaran!’,” ujar Ira dengan semangat.
Ia lalu mengajak peserta merefleksikan makna kesetiaan dalam konteks kekinian:
“Apa arti setia bagi kalian? Menjaga janji kepada orang tua, tidak mengecewakan teman, atau konsisten belajar meski sulit. Itulah bentuk kesetiaan kecil yang bisa mengubah dunia,” pesannya, disambut anggukan para peserta.
Ira menekankan kecerdasan Al-Abbas saat ia bertanya kepada Nabi: “Bagaimana jika engkau kembali ke Makkah setelah kami membelamu?” Pertanyaan ini, menurut Ira, mengajarkan tentang kritisisme positif dan tanggung jawab sebelum mengambil keputusan besar.
“Al-Abbas mengajarkan: jangan takut bertanya untuk memastikan niat kita lurus. Sebelum berjanji, pikirkan konsekuensinya. Ini relevan buat kalian yang suatu hari akan jadi pemimpin,” ujarnya.

Seorang peserta SMP, Dika (13), terinspirasi: “Dulu aku suka ikut janji-janji tanpa mikir dulu. Sekarang, aku bisa belajar: tanya dulu, baru mulai bertindak. Ini pelajaran yang bisa dipakai setiap hari!” kata Dika.
Melalui pembawaan materi yang melibatkan peserta, Ira menggambarkan bagaimana Al-Abbas dan kaum Ansar bersatu padu mendukung Nabi. “Mereka beda suku, beda latar belakang, tapi satu tujuan: membela kebenaran. Kalian pun, meski beda sekolah atau usia, harus saling mendukung,” pesan Ira.
Kegiatan ini adalah bagian dari program hikmah di waktu subuh yakni Kuliah Subuh yang dirancang pesantren untuk menanamkan nilai-nilai Islami melalui kisah-kisah inspiratif. Ira, salah satu santri pemateri, berharap:
“Semoga anak-anak tidak hanya ingat nama Al-Abbas, tapi menjadikan hikmah hidupnya sebagai kompas dalam bersikap,” ucap Ira.
