Jakarta – Di tengah padatnya aktivitas ibadah haji dan tantangan cuaca ekstrem di Tanah Suci, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengandalkan sistem satu data kesehatan untuk memantau jemaah secara real-time. Langkah ini menjadi bagian dari transformasi layanan haji 1446 H/2025 M yang lebih adaptif dan presisi.
Dalam konferensi pers bertajuk Kabar Haji untuk Indonesia di Jakarta pada Selasa (14/5/2025), Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo, menjelaskan bahwa sistem ini menghimpun seluruh rekam medis jemaah, termasuk catatan penyakit bawaan, hasil pemeriksaan, dan intervensi medis yang telah dilakukan.
“Dengan satu data kesehatan, kami bisa memantau kondisi jemaah secara menyeluruh, sejak dari embarkasi hingga di Arab Saudi. Ini memungkinkan tindakan cepat dan sesuai kebutuhan,” ujar Liliek.
Ia menambahkan, sistem ini terkoneksi antartim kesehatan di kloter, sektor, hingga Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), memastikan setiap keputusan medis berdasarkan informasi terkini dan akurat.
Keunggulan sistem ini tidak hanya pada pemantauan, tetapi juga edukasi kesehatan. Menurut Liliek, satu data memungkinkan pendekatan berbeda bagi setiap kelompok jemaah, seperti lansia, penderita komorbid, maupun yang sehat.
“Tidak semua jemaah punya risiko yang sama. Dengan satu data, kami bisa mengarahkan edukasi dan perlakuan medis secara lebih personal,” jelasnya.
Sistem ini diyakini akan sangat vital menjelang puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), yang dikenal menguras fisik dan mental jemaah. Meski hingga saat ini kondisi kesehatan jemaah masih relatif stabil, kewaspadaan tetap ditingkatkan.
Dengan sistem yang terintegrasi dan data yang real-time, Kemenkes berharap dapat menjaga keselamatan dan kenyamanan jemaah haji selama menjalankan rukun Islam kelima tersebut.
