Shalat Tarawih adalah ibadah sunnah yang dilakukan khusus di bulan Ramadan. Mayoritas umat Islam terbiasa dengan jumlah 8 rakaat atau 20 rakaat, namun ternyata ada juga riwayat lain yang menyebutkan jumlah rakaat berbeda.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam memberikan fleksibilitas dalam menjalankan shalat malam selama Ramadan, asalkan dilakukan dengan penuh kekhusyukan.
Jumlah Rakaat Tarawih yang Pernah Diamalkan
Selain 8 dan 20 rakaat, beberapa ulama dan masyarakat Muslim di berbagai tempat pernah mengamalkan Tarawih dengan jumlah berbeda, antara lain:
1. 13 Rakaat
Beberapa ulama berpendapat bahwa Rasulullah ﷺ terkadang shalat malam sebanyak 13 rakaat. Rincian ini terdiri dari 8 rakaat Tarawih, 3 rakaat Witir, dan 2 rakaat tambahan sebelum Witir. Meskipun jumlah ini tidak sepopuler 8 atau 20 rakaat, tetapi tetap masuk dalam kategori qiyam Ramadan yang berpahala besar.
2. 23 Rakaat
Jumlah ini merupakan yang paling banyak diamalkan oleh umat Islam, terutama di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi hingga saat ini. Praktik ini berlandaskan keputusan Khalifah Umar bin Khattab yang mengumpulkan umat Islam dalam satu jamaah dan menetapkan jumlah rakaat sebanyak 20 rakaat Tarawih plus 3 rakaat Witir.
3. 36 Rakaat
Pada masa Tabi’in, penduduk Madinah mengamalkan Tarawih sebanyak 36 rakaat, ditambah 3 rakaat Witir sehingga totalnya 39 rakaat. Hal ini mereka lakukan sebagai bentuk kecintaan terhadap ibadah, karena mereka melihat penduduk Makkah memiliki keutamaan thawaf di Ka’bah setiap selesai 4 rakaat Tarawih.
4. 39 Rakaat
Di beberapa wilayah Islam, masyarakat Muslim pernah melaksanakan 36 rakaat Tarawih ditambah 3 rakaat Witir, sehingga totalnya 39 rakaat. Tradisi ini berkembang sebagai bentuk semangat ibadah dan bertujuan untuk mengisi malam Ramadan dengan lebih banyak shalat.
Mana yang Paling Benar?
Rasulullah ﷺ tidak pernah membatasi jumlah rakaat Tarawih secara spesifik. Yang terpenting dalam shalat malam adalah kekhusyukan, panjangnya bacaan, dan keistiqamahan dalam menjalankannya. Dalam hadits, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً
“Rasulullah ﷺ tidak pernah shalat malam lebih dari 11 rakaat, baik di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan.”(HR. Al-Bukhari & Muslim)
Namun, di sisi lain, Khalifah Umar bin Khattab juga menetapkan 20 rakaat Tarawih, dan para sahabat serta ulama besar seperti Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad mendukung praktik ini.
Kesimpulan
Jumlah rakaat Tarawih yang pernah dilakukan umat Islam ternyata bervariasi, mulai dari 8, 13, 20, 23, 36, hingga 39 rakaat. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak membatasi secara kaku, melainkan memberikan ruang bagi umatnya untuk menyesuaikan dengan kemampuan dan semangat ibadah masing-masing.
Yang terpenting bukanlah banyaknya rakaat, tetapi bagaimana shalat Tarawih dijalankan dengan kualitas, kekhusyukan, dan keistiqamahan, sesuai dengan hadits Rasulullah
ﷺ:إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَا إِلَى أَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.”(HR. Muslim No. 2564)
Wallahu a’lam bish-shawab.